Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Realitas Muhaimin yang "Ngotot" Menjadi Cawapres Jokowi

15 April 2018   00:13 Diperbarui: 17 April 2018   18:44 5872
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar meresmikan posko JOIN, Jokowi-Muhaimin di kawasan Tebet, Jakarta, Selasa (10/4/2018).(KOMPAS.com/Ihsanuddin)

"Masih panjang, masih panjang. Kita masih berbicara dengan ketua-ketua partai (politik). Di internal sendiri kita juga masih menggodok. Saya kira masih panjang," tutur Jokowi lebih jelas lagi.

Kepercayaan Diri yang Terlalu Berlebihan

Pada 14 Maret 2018, di acara Mata Najwa, Trans7 TV, Muhaimin Iskandar mengatakan, elektabilitas Jokowi saat ini sedang berada pada posisi berbahaya, jika salah memilih cawapres, pasti akan kalah di Pilpres mendatang, oleh karena itu Jokowi butuh dirinya sebagai  cawapres, agar Jokowi bisa menang. Ketika dikonfirmasi Najwa, apakah itu artinya Jokowi akan rugi besar jika tidak memilih ia sebagai cawapres, spontan Muhaimin membenarkannya.

Muhaimin juga berkata, PKB, punya massa 11 juta yang bisa berpengaruh signifikan terhadap kemenangan di Pilpres 2019. "Siapa pun yang didukung PKB pasti menang," ujarnya. Sedangkan syarat untuk didukung PKB, calon presiden bersangkutan harus memilih Muhaimin sebagai cawapres-nya.

Kalau memang benar begitu, kenapa bukan dia sendiri saja yang mencalonkan dirinya sebagai presiden, jika sungguh sangat yakin dengan pernyataannya itu, bukankah berarti, Jokowi pun lewat, apalagi Prabowo, jika bertanding dengan Muhaimin di Pilpres 2019?

Muhaimin punya alasan, kata dia, sebenarnya ia lebih pantas menjadi presiden, bukan wakil presiden,  banyak pihak yang memintanya untuk menjadi capres, bukan cawapres. Tetapi, karena menghargai Jokowi, mengedepankan tata karma dengan Jokowi, karena  PKB merupakan partai pendukung Jokowi, maka ia merasa tidak enak jika satu koalisi sama-sama maju menjadi capres melawan Jokowi.

"PKB ialah pendukung Pak Jokowi, harus ada tata krama, jangan sampai saya bersaing dengan Pak Jokowi."

"Inilah sebabnya Cak Imin masih mendeklarasikan diri sebagai cawapres bukan sebagai capres," katanya di acara Mata Najwaitu.

Suatu alasan yang lucu yang terlalu dibuat-buat.

Survei Membuktikan

Berbagai survei mengenai elektabilitas Jokowi dengan beberapa simulasi pasangan cawapres memperlihatkan bahwa "ancaman" Muhaimin Iskandar itu tidak beralasan sama sekali. Dirinya jika dipasangkan dengan Jokowi tidak menunjukaan perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan alternatif calon yang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun