Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Cara Pendukung Anies-Sandi Membodohi Pembaca Kompasiana

14 April 2017   09:34 Diperbarui: 14 April 2017   18:00 2014
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perilaku pendukung, cara mengkampanyekan yang didukungnya, seperti yang pernah dikatakan Anies, juga mencerminkan perilaku dari yang didukungnya itu, tercermin pula di Kompasiana. Salah satunya, pada kompasianer yang menamakan dirinya: “Sibodoh pengetahuan”, dengan artikel-artikelnya yang di Kompasiana, yaitu dalam hal bodoh-membodohi masyarakat, khususnya pembaca Kompasiana.

Salah satu contohnya adalah di artikel terbarunya, yang berjudul: “Seluruh Media Sepakat Anies-Sandi Menang”.

Dengan mengutip beberapa hasil polling beberapa media di media sosial Twitter, yang semuanya menghasilkan angka dukungan untuk Anies-Sandi, Sibodoh mengambil kesimpulan bahwa semua media sepakat Anies-Sandi menang, dengan demikian dapat dipastikan warga Jakarta akan memilih Anies-Sandi, karena mereka butuh pimpinan baru.

Dia menulis kesimpulannya itu sebagai berikut:

Dari hasil seluruh polling yang dilakukan oleh media diatas maka dapat dipastikan bahwa warga Jakarta butuh pemimpin baru. Warga Jakarta menginginkan perubahan untuk Kota Jakarta. Perubahan yang mendasar diawali dengan pergantian gubernur sebagai pengambil kebijakan. Warga Jakarta sudah jengah dengan gubernur saat ini dan menginginkan gubernur baru. Gubernur yang memperhatikan warganya, bukan hanya kotanya. Jakarta yang berkeadilan sosial, Jakarta yang Maju Kotanya, Bahagia warganya SalamBersama.”

Dasar pengambilan kesimpulannya itu jelas kacau-balau, dan sangat tidak valid.

Bagaimana bisa dari hasil polling di Twitter itu, Sibodoh menyimpulkan seluruh media sepakat Anies-Sandi menang, padahal jelas-jelas semua media itu hanya pelaksana polling, bukan responden polling itu sendiri.

Sedangkan polling di Twitter pun sangat tidak bisa mewakili suara warga DKI Jakarta, karena mereka adalah netizen yang bisa dari warga mana saja, yang bukan warga DKI Jakarta, sehingga hasil polling itu tidak bisa dijadikan patokan.

Boleh dikatakan polling yang dilakukan oleh media-media yang disebutkan itu, di Twitter, hanyalah “iseng-iseng” saja untuk mengetahui bagaimana pendapat netizen terhadap kedua paslon di acara debat itu. Hasilnya pun tidak bisa disimpulkan secara begitu gampang sebagai mewakili hasil Pilgub DKI nanti.

Hasil survei “iseng-iseng” di Twitter oleh Kompas TV pun sangat berbeda dengan hasil survei serius dan valid yang dilakukan oleh beberapa lembaga survei resmi, di antaranya oleh Litbang Kompas.

Sebagaimana dilaporkan Kompas.com, survei yang dilakukan oleh Litbang Kompas itu dilakuan dengan menggunakan metode wawancara melalui telepon pada saat debat berlangsung, 12 April 2017, dengan 167 responden yang dipilih secara acak proposional berdasarkan wilayah se-DKI Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun