Mohon tunggu...
Dandung Nurhono
Dandung Nurhono Mohon Tunggu... Petani - Petani kopi dan literasi

Menulis prosa dan artikel lainnya. Terakhir menyusun buku Nyukcruk Galur BATAN Bandung.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Kerja Keras yang Percuma

18 April 2023   17:20 Diperbarui: 18 April 2023   17:29 608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memasang batu granit | Foto: Dandung N. (Dok. pribadi)

Dua-tiga hari ke depan, bakal tiba waktu perpisahan. Mana ada perpisahan yang lebih mengharukan dari pada perpisahan dengan bulan suci Ramadhan. Bulan yang penuh berkah, bulan penuh ampunan, bulan penuh segalanya. Bahkan tidak tertandingi sama sekali dengan waktu kapan pun, ketika di bulan Ramadhan ada satu waktu, malamnya, Allah SWT memerintahkan para malaikat dan Jibril turun ke langit dunia, dan Allah SWT memberikan kelipatan pahala senilai seribu bulan.

Pada bulan Ramadhan, semua qalbu umat Islam bergerak lembut tanpa terpaksa melaksanakan puasa. Perlahan tapi pasti, hatinya tergerak untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah. Semua tertuju hanya pada satu titik kulminasi: Fitrah. Titik tertinggi penciptaan manusia yang bersih dan suci.

Fitrah berasal dari kata fathara yafthuru artinya menciptakan (QS. Al-Anam: 14). Allah SWT tidak pernah mempunyai niat buruk ketika menciptakan manusia. Awal mula penciptaan manusia ialah suci beriman kepada Allah SWT. Ketika masih berupa janin di dalam rahim ibunya, manusia sudah bersaksi bahwa Allah SWT adalah tuhannya. Branding design manusia yang dalam qalbunya sudah ada iman (QS. Al-Araf: 172).

Rasulullah SAW bersabda, "Setiap anak yang baru lahir dalam keadaan fitrah." (HR. Bukhari). Itu pula sebabnya, mustahil manusia mencapai kesempurnaan tanpa kembali ke titik awal penciptaan dirinya, yaitu fitrah.

Diperlukan pedoman agar manusia tetap istiqamah berada pada komitmen kemanusiaannya, maka Allah SWT menurunkan Al-Qur'an sebagai pedomannya. Lantas untuk memudahkan manusia mengikuti pedoman itu, Allah SWT mengutus para nabi dan rasul sebagai contoh terbaik yang dapat diikuti, menapaki jalan keselamatan, menuju fitrah kembali.

Begitulah tuntunan fitrah, bahwa setiap manusia tidak akan bisa kembali ke titik fitrahnya tanpa mengikuti ajaran yang disampaikan para Nabi. Dari perjalanan ini, kita menjadi paham mengapa puasa Ramadhan titik akhirnya ada pada Idul Fitri.

Nabi Muhammad SAW pembawa risalah terakhir. Dialah khaatamun nabiyyiin, penutup para nabi. Maka tuntunan yang beliau bawa sudah pasti sesuai dengan fitrah manusia. Oleh karena itu, setiap datang Ramadhan kita harus meneladani perilaku Nabi Muhammad SAW,  bagaimana beliau menjalankan ibadahnya selama Ramadhan. Sebab hanya dengan mengikuti jejak beliau kita bisa mencapai hakikat Ramadhan secara mendalam dan sempurna.

Rasulullah SAW pernah menegaskan bahwa berapa banyak orang yang berpuasa pada bulan Ramadhan, tetapi tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali hanya lapar dan haus. 

"Betapa banyak orang yang berpuasa namun tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga." (HR. Ath-Thabrani). Dari hadis ini, artinya ada yang menjalankan puasa Ramadhan, tapi tidak bisa kembali ke fitrahnya, padahal semua rangkaian ibadah Ramadhan adalah jalan menuju fitrah.

Hakikat Ramadhan ialah pembakaran dosa-dosa. Dibakar dengan ibadah puasa, tadarus Al-Qur'an, sedekah, shalat sunat Tarawih, I'tikaf, serta amal-amal kebaikan lainnya, sehingga dosa-dosa yang ada itu terbakar. Bagaikan emas, dia akan tampak sebagai emas asli setelah dibakar.

Jadi, mengapa ibadah puasanya tidak membawa seseorang pada fitrah?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun