Mohon tunggu...
Amakusa Shiro
Amakusa Shiro Mohon Tunggu... Engineer -

A masterless Samurai

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

"Tokyo Tower", dari Rongsokan Tank Menjadi Simbol Era Analog

12 November 2017   13:41 Diperbarui: 12 November 2017   17:25 3747
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wajah Tokyo Tower dimalam hari dipandang dari puncak Roppongi Hills (Dokumentasi Pribadi)

Membicarakan Tokyo Tower, sepertinya kita tidak bisa lepas dari angka 3. Ketinggian dari menara ini adalah 333 m, dan kebetulan pembangunannya selesai di tahun 33 showa (Tahun Masehi 1958). Konstruksinya dibuat oleh Naitou Tachuu yang merupakan Bapak struktur bangunan tahan gempa Jepang. Dia juga dijuluki juga sebagai Doktor Menara, karena perannya dalam pembangunan sekitar 70 menara di seantero Jepang. 

Pemberian nama Tokyo Tower sendiri adalah hasil dari sayembara yang diadakan sebelum menara ini dibuka untuk umum. Ada sekitar 80 ribu nama usulan yang masuk ke panitia sayembara. Usulan nama yang terbanyak adalah "Showa Tower", kemudian ada usulan nama "Japan Tower", "Prince Tower" dan "Peace Tower". Namun akhirnya nama Tokyo Tower yang dipilih karena menurut pemikiran panitia penyelenggara sayembara pada saat itu, nama inilah yang bisa mewakili menara itu secara tepat.

Tokyo Tower di musim dingin dari Shiba Koen (Dokumentasi Pribadi)
Tokyo Tower di musim dingin dari Shiba Koen (Dokumentasi Pribadi)
Tokyo Tower sebagai Menara Pemancar

Nama formal menara ini sebenarnya adalah Nihon Denpatou (menara pemancar/penyiaran Jepang), karena Tokyo Tower ini tujuan utamanya untuk membantu penyiaran televisi (analog) di Tokyo dan daerah sampai diameter 100 Km di sekitarnya. Tokyo tower dibangun di tengah kemajuan ekonomi Jepang yang pesat di tahun 1958-1961 (masa ini disebut juga dengan Iwato Keiki). 

Dalam masa pertumbuhan ekonomi tersebut, seiring dengan naiknya pendapatan perkapita dan taraf hidup masyarakat, maka kemampuan masyarakat untuk membeli produk elektronik termasuk televisi juga tinggi. 

Di samping itu, jumlah stasiun siar televisi swasta juga bertambah. Lalu, dengan mulai tumbuhnya stasiun baru, jika setiap setasiun televisi mempunyai tower sendiri untuk penyiaran, maka akan merusak estetika tata kota karena berjamurannya tower tinggi dari masing-masing stasiun pemancar televisi di tengah kota. Masyarakat yang menyaksikan juga akan susah karena untuk menerima sinyal siaran televisi dengan baik dari stasiun televisi tertentu, maka mereka harus menyesuaikan/mengarahkan antena televisi di rumah ke arah tower stasiun televisi yang diinginkan.

Dengan dibangunnya Tokyo Tower, maka semua setasiun televisi bisa memasang antena penyiaran masing-masing di tempat yang sama, sehingga masyarakat yang ingin menyaksikan televisi (apapun setasiun televisinya) cukup mengarahkan antena yang terpasang di rumah masing-masing ke arah dimana Tokyo Tower berada. 

Antena pemancar dari masing-masing stasiun televisi dipasang di puncak Tokyo Tower di area sepanjang 80 meter yang dibagi untuk 6 stasiun televisi (nasional dan swasta). Pada tanggal 10 Januari 1959, stasiun televisi NHK pertama kali memulai siarannya melalui pemancar yang dipasang di menara ini.

Tokyo Tower di sore hari dari arah Odaiba (Dokumentasi Pribadi)
Tokyo Tower di sore hari dari arah Odaiba (Dokumentasi Pribadi)
Desain dan Pembangunan Tokyo Tower

Membicarakan Tokyo Tower, kita tidak bisa memungkiri bahwa menara ini merupakan salah satu simbol dari kerja keras dan kehebatan orang Jepang dalam bidang teknologi. Bayangkan saja, berat dari bahan-bahan besi untuk konstruksi yang digunakan adalah sekitar 4000 ton, dan tentu bukanlah pekerjaan mudah untuk memasang besi-besi itu agar menjadi menara yang tingginya harus melebihi Menara Eiffel (yang saat itu merupakan menara tertingi), namun juga harus bisa merancang strukturnya sedemikian rupa agar bentuk akhirnya memiliki unsur estetika. Mereka juga berharap agar menara ini dapat menjadi simbol Tokyo secara khusus dan Jepang secara umumnya. 

Seperti kita ketahui bersama, Jepang merupakan daerah dengan frekuensi bencana alam yang tinggi (angin topan dan gempa bumi). Maka, untuk memenuhi unsur estetika menara, dan juga sekaligus harus tetap menjaga konstruksinya supaya kuat dan tahan angin maupun goncangan, dibutuhkan waktu kurang lebih 3 bulan untuk merancang konstruksi dari Tokyo Tower. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun