Mohon tunggu...
Danawiryya Silaksanti
Danawiryya Silaksanti Mohon Tunggu... Lainnya - transport, travel, writing

An ordinary person, who concern about the environmental sustainability, climate change, public transportation, sustainable transportation, and also like traveling, and suggest people to explore the beauty of Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Gunakan Transportasi Umum untuk Kurangi Jejak Karbon Perjalananmu

14 Januari 2022   09:29 Diperbarui: 14 Januari 2022   10:03 1309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Transjakarta di Halte Tosari sumber : dokumentasi pribadi

Pernah terpikirkah oleh kita, berapa jejak karbon yang kita hasilkan dari setiap perjalanan yang kita lakukan ?

Coba kita hitung yuk....yg simple dulu saja, misal dari perjalanan yang kita lakukan mulai dari rumah menuju tempat aktivitas kita sehari-hari. Saya mencoba menghitungnya mulai dari rumah di area Kalimalang Duren Sawit menuju kantor saya yang terletak di Merdeka Barat, Jakarta Pusat.

Namun sebelumnya, apa sih jejak karbon itu ?

Jejak karbon adalah besaran emisi gas rumah kaca yang diproduksi oleh individu untuk kegiatan sehari-hari dan/atau organisasi untuk menyelenggarakan peristiwa (event) atau membuat produk (mengutip dari laman http://www.iesr.or.id/kkv3/tentang-jejak-karbon/)

Lalu, karbon itu apa ?

Pada umumnya, istilah karbon yang digunakan pada kata "jejak karbon" mengacu pada gas rumah kaca, salah satunya adalah CO2 (Karbon Dioksida). Gas Rumah Kaca (GRK) adalah gas-gas yang ada di atmosfer dan dapat menyebabkan efek rumah kaca. 

Gas-gas tersebut muncul secara alamiah namun bisa juga timbul akibat aktivitas manusia, khususnya karena pembakaran bahan bakar fosil, pembabatan hutan, pertanian, peternakan,dll. Gas yang ternasuk GRK adalah karbondioksida (CO2), Metana (CH4), Nitrogen Oksida (N2O), Hidroflorokarbon (HFC), Perflorokarbon (PFC) dan Sulfurheksaklorida (SF6). 

Gas rumah kaca tersebut harus dikendalikan supaya tidak menimbulkan dampak negatif pada makhluk hidup sehingga pemanasan global dapat diatasi. Gas rumah kaca yang dominan timbul akibat aktivitas transportasi adalah CO2 karena transportasi masih mengandalkan bahan bakar fosil. Oleh karena itu, transportasi menjadi bagian dari sektor energi yang harus melaksanakan aksi mitigasi terhadap perubahan iklim.

Salah satu aksi mitigasi perubahan iklim dari subsektor transportasi darat adalah pengoperasian angkutan umum massal perkotaan dengan sistem transit, atau Bus Rapid Transit (BRT). Di ibukota, kita sudah familiar dengan bus Transjakarta yang melayani puluhan koridor, baik yang dilayani dengan bus-bus besar di koridor utama, maupun bus medium atau disebut Minitrans yang difungsikan sebagai feeder.

Nah, pernah terpikirkah kita untuk menghitung jumlah jejak karbon dari aktivitas bertransportasi kita sehari-hari ? Yuk, kita mulai coba menghitungnya....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun