Mohon tunggu...
danar danupraja
danar danupraja Mohon Tunggu... -

sabar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Handry Satriago Tentang Mendengarkan

27 Maret 2015   10:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:56 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kali ini saya ingin sharing tentang listening skill, kemampuan untuk mendengar, terutama dalam hubungannya dengan kepemimpinan. Percaya atau tidak, listening adalah salah satu hal paling sulit dalam memimpin dan sering menjadi kesalahan fatal seorang pemimpin. Kenapa mendengarkan saja jadi susah? Karena ini sering terlupakan. Padahal apa jadinya pemimpin tanpa mendengarkan? Atau seorang pemimpin sedemikian sibuknya, hingga tak punya waktu untuk listening. Ah, leaders never been busy to listen!

Seringkali juga muncul arogansi, yang muncul secara sengaja atau tidak, yang membuat para pemimpin merasa sudah tahu semua dan akhirnya tak mau listening. Penyakit ini seperti flu, bisa hinggap pada siapa saja, bahkan seorang pemimpin yang sudah kawakan atau hebat sekalipun Obatnya cuma satu: punya mindset bahwa tak pernah ada kata berhenti untuk belajar. If you have passion to learn, maka menjadi pendengar yang baik tidak akan terlalu susah. Selalu ada "alarm" ketika penyakit tidak mau mendengarkan datang. Filosofinya adalah if you are hungry for learning, then you will seek knowledge dari mana saja, then you are willing to listen other's input.

"...apa jadinya pemimpin tanpa mendengarkan? Atau seorang pemimpin sedemikian sibuknya, hingga tak punya waktu untuk listening. Ah, leaders never been busy to listen!"


Susahnya, tidak semua input atau feedback dari orang lain akan selalu sesuai dengan yang kita inginkan, or we don't have all time in the world untuk mendengarkan semuanya. Itulah yang akhirnya membedakan pemimpin yang baik dengan yang bukan, mereka mau mendengar bad news, critics, feedback, and different opinion. Itu juga yang membedakan leaders dan doers. Doers hanya mendengarkan perintah dan petunjuk sedangkan leaders listen to input, ideas.

Tentu tidak semua input yang didingarkan harus disetujui, tapi follower perlu punya rasa bahwa mereka boleh berpendapat, walau beda. Perlu juga "diajarkan" pada followers bagaimana mengajukan pendapatnya secara to the point, agar proses mendengar bisa jalan dengan baik. Kadang kalimat "What's your point" itu memang harus digunakan ketika sangat dibatasi oleh waktu

Tantangan terberat kala berada dalam proses mendengarkan adalah ketika ada pendapat yang ngasal, dan tak berdasar logika atau fakta. Untuk pendapat ngasal gitu, bisa jadi kita yang belum mengerti pendapatnya. Ada baiknya diparafrase dan ditanya ulang maksudnya apa. Oh ya, kemampuan mendengar dalam proses kepemimpinan itu memerlukan sekali kemampuan paraphrasing dan tidak cepat emosi atau terburu-buru oleh keinginan "membantai". Memberikan feedback terhadap pendapat berbeda, mengajak diskusi, itu bagus tapi kalau sudah mentok, perlu sudahi dengan "ok, I listen to you"

Selanjutnya, dalam mendengarkan kita perlu memberikan respek kepada orang lain. Respek bahwa cara berpikir orang tidak semua sama, dan orang memiliki proses pembelajaran yang berbeda-beda. Saya percaya mendengarkan lebih banyak manfaatnya dari mudharatnya. Walau tak semua yang didengar enak. Kalau mau enak, denger lagu saja.

Dalam konteks leaders develop leaders, perlu disediakan waktu untuk mendengarkan ide-ide yang gila, yang tak biasa, yang anti mainstream.

Ada kalanya, saya mengambil waktu untuk memikirkan ulang terhadap pendapat yang berbeda setelah mendengarkan. Ini proses pembelajaran. Lagi-lagi, kalau mau jadi pemimpin yang hanya mau dengar pendapat yang memuji dan baik-baik saja, mending punya followers robot, bisa diatur harus ngomong apa. Dan tidak ada yang lebih mengerikan bagi seorang pemimpin kalau punya followers yang semuanya robot.

"...kemampuan mendengar dalam proses kepemimpinan itu memerlukan sekali kemampuan paraphrasing dan tidak cepat emosi atau terburu-buru oleh keinginan "membantai"


This not a rocket science, hanya sebagai pengingat barangkali bahwa mendengar adalah belajar. Karena seorang pemimpin harus selalu belajar, maka tak perlu ditakuti karena bakal ada pendapat yang tidak sama dan tidak enak. Hidup ini jadi indah dengan adanya beragam pendapat. Enjoy your listening and learning process!

Handry Satriago


CEO GE Indonesia

https://www.selasar.com/kreatif/handry-satriago-tentang-mendengarkan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun