masa lalu itu kembali, tepat ketika aku akan mulai sebuah kehidupan lagi
dia hadir menghancurkan mimpi, mengumumkan rusak yang tak akan pernah bisa diperbaiki
memangnya siapa yang ingin ternoda, siapa pula yang bisa hidup dengan sempurna
bukankah getaran takdir terkadang memaksa, atau kerikil tajam bisa jadi sandungannya
satu persatu remah harap ku jumput kembali, asa yang koyak tersusun menyayat hati
ada sebuah sesal disana, ingin sekali bibir ini berucap kata seandainya
tapi siapa yang akan mendengar, bahkan doa kini sudah menjadi suara yang hilang bersama luka memar
dan ketika patah menjadikan sebuah resah, disaat lelah menjadi begitu gelisah
aku kembali pada sudut yang memohon menyerah, kesepian yang aku sebut dengan rumah
kemudian akan kubasuh tangan ini sekali lagi, meronta agar tangis tak jatuh tanpa sebuah meski