Akhirnya, Basuki Tjahja Purnama dan Veronica Tan diputus bercerai. Alih - alih mempertimbangkan bahwa Basuki masih berada didalam tahanan, majelis hakim justru menyerahkan hak asuh anak pada mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut. Tidak ada yang salah dalam putusan ini, tidak pula menyoal Veronica dan Basuki. Bahwa bercerai adalah keputusan dua belah pihak yang menganggap perkawinannya sudah tidak dapat diselamatkan lagi. Namun, semenjak kasus ini menyeruak ke media, banyak orang yang membabi buta menyalahkan Veronica. Bagi khalayak, persepsi bahwa wanita selalu benar tidak berlaku bagi mantan istri Basuki tersebut.
Padahal, bila ditelisik secara lebih dalam, tidak mungkin ada asap bila tidak ada yang menyalakan api. Tidak mungkin ada drama perselingkuhan, bila tiada hati yang merasa diabaikan. Maaf, alasan utama seseorang selingkuh dari pasangannya adalah ketika dia sudah merasa sendiri menghadapi banyak hal, padahal seharusnya berdua. Bahwa pasangannya bukan tempat yang tepat lagi untuk mencurahkan segala jengaj di hati. Ini yang saya dapatkan ketika untuk pertama kalinya mendapati pasangan (mantan) saya bermain mata dengan yang lain.
Sayangnya, Basuki sudah terlalu dianggap "selalu benar" oleh kebanyakan oranh. Sehingga tidak bisa melihat permasalaham hubungan ini melalui dua sisi. Yang lebih mengerikan, pelaku selalu dianggap bersalah meski tidak tahu akar permasalahan sebenarnya.
Perselingkuhan adalah sebuah kesalahan, benar! Tapi tidak serta merta membuat korban perselingkuhan (pasangan yang diselingkuhi) menjadi selalu benar. Koreksi diri adalah jalan terbaik dalam mengurai kasus pengkhianatan terhadap cinta.
Disamping itu,harus juga dipahami bahwa ketika sepasang suami istri akhirnya bercerai. Maka, jodoh mereka memang audaj berhenti sampai disana. Caranya, bisa dengan apa saja.