Ringkih dia berjalan dalam getar bangsa yang porak poranda
Menangis pun tiada arti, sebab dia tak jua dihargai
Bagaimana putera - puteri saling menebar benci
Melupakan duka ibu pertiwi yang terkurung dalam sunyi
Masihkah ada cinta pada tanah ini
Tanah dimana darah tertumpah, air mata terjatuh pertama kali
Kenapa harus saling bergendang diatas anak bangsa yang tak berdaya lagi untuk menari
Mengapa jiwa haus kuasa demi tahta yang kelak ditinggal mati
Lihatlah kesana
Tatap dalam matanya
Ibu Pertiwi bagai wanita tua kehilangan anak - anaknya
Anak yang dibanggakan berharap kelak mengangkat drajatnya
Tidakkah kau malu
Ketika si asing mentertawakan perpecahanmu
Diam - diam mereka menyusup mencoba membunuh ibumu
Hingga akhirnya kau akan melihat satu lagi sejarah berlalu
Jangan!
Jangan kau sadar setelah nanti semua bubar
Jangan kau sedih setelah nanti bangsamu hanya jadi masa lalu yang sedih
Banyak sudah jadi bahan ajar
Agar kau putera - puteri bangsa, tidak tumbuh menjadi anak kurang ajar
Simpan!
Renungkan!
Gemetar suara pahlawanmu
Membebaskan tanah ini agar kau bisa saling melempar benci
Pekik sejarah itu; merdeka atau mati!
Tak ingin anak cucunya terpisah menjadi manusia tanpa hati
Lihat sekali lagi pada ibumu
Tanyakan pada hatimu
Haruskah kau terus menjadi pelacur kuasa
Atau sudah saatnya membunuh ego dan membangun bangsa