"apa yang kau takutkan?" suara pria itu lebih kepada menuntut daripada bertanya. Aku tahu, dia dan aku sudah membuat kesepakatan. Perjanjian yang tidak mungkin aku hindari, tidak untuk sekali ini. "kau mau mundur? Sekali lagi?" katanya lagi, seolah mencoba menekanku.
"tidak... aku hanya..."
"kau bersembunyi terlalu lama... Mereka bahkan mungkin tidak akan peduli dengan keberadaanmu"
"bukan itu... Aku hanya... "
Aku tidak akan mengulang lagi alasan aku tidak bisa mengatakan yang sebenarnya. Bayu, pria itu pasti sudah menghapal setiap kata yang ingin aku ucapkan saat ini. Ketakutan yang berlebihan terhadap penolakan. Khawatir untuk mencoba segala jenis hubungan, karena yakin bahwa hubungan itu akan berakhir, bahwa aku akan kesepian seperti sebelumnya. Tidak ada yang bisa aku salahkan dari segala yang terjadi padaku, pada masa lalu yang tidak ingin ku ceritakan pada siapapun.
"aku hanya, merasa mereka tidak perlu mengetahui yang sebenarnya" Bayu terdiam, namun matanya mencoba menyiratkan sebuah ancaman "bukan kau yang akan ditinggalkan, bukan kau yang akan merasa sendirian dan terjebak dalam kesepian,bukan kau yang..."
"tapi aku akan selalu ada untukmu, mencoba dan mencoba lagi..."
Bayu mengatakan yang sebenarnya. Setiap kali aku membuka topeng ini, setiap kali orang - orang yang mengaku sahabat menolak untuk menerimaku, Bayu ada disana. Menemaniku, memelukku, dalam duka Bayu bertahan memberiku kekuatan.
"ini yang terakhir" kataku akhirnya "seandainya mereka berlaku sama dengan yang sebelumnya, aku menyerah"
Tidak ada kisah pertemanan lagi, tidak mencoba masuk kedalam satu komunitas lagi. Karena aku lelah, harus bersikap seperti keinginan banyak orang. Aku marah pada kata - kata tajam semua orang setelah mengetahui siapa aku sebenarnya. Semua, pada akhirnya akan menyebutku sebagai pendosa, jiwa yang rusak, penghuni abadi api neraka. Mereka mengutukku, hanya karena aku berbeda.
"aku akan selalu ada untukmu... Seberapa beratpun penolakan yang akan kau hadapi"