Mohon tunggu...
Dame RohaniSiahaan
Dame RohaniSiahaan Mohon Tunggu... Freelancer - Happy Reading yahh 🤗

Mahasiswa universitas riau jurusan agribisnis

Selanjutnya

Tutup

Nature

Benarkah Teknik Pemanenan Air Hujan (PAH) Mampu Mengatasi Banjir dan Krisis Air?

11 September 2019   15:41 Diperbarui: 11 September 2019   21:34 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemanenan Air Hujan (PAH) merupakan salah satu upaya masyarakat untuk memanfaatkan air hujan guna keperluan sehari-hari. Jika budaya memanen air hujan dan meresapkan limpahan air ke dalam tanah ini dimasyarakatkan, maka akan didapat sejumlah besar keuntungan, antara lain sumber air bersih yang murah, penambahan jumlah cadangan air tanah dan pengurangan limpasan yang dapat menghindarkan suatu wilayah dari genangan dan banjir.

Di dunia internasional saat ini upaya memanen hujan telah menjadi bagian penting dalam agenda global environmental water resources management dalam rangka penanggulangan ketimpangan air pada musim hujan dan kering (lack of water), kekurangan pasokan air bersih penduduk dunia, serta penanggulangan banjir dan kekeringan.

Teknik pemanenan air hujan atau disebut juga dengan istilah rain water harvesting didefinisikan sebagai suatu cara pengumpulan atau penampungan air hujan atau aliran permukaan pada saat curah hujan tinggi untuk selanjutnya digunakan pada waktu air hujan rendah. Dilihat dari ruang lingkup implementasinya, teknik ini dapat digolongkan dalam 2 (dua) kategori, yaitu :

 1. Teknik pemanenan air hujan dengan atap bangunan (roof top rain water harvesting). Air hujan dengan atap bangunan (roof top rain water harvesting) pada prinsipnya dilakukan dengan memanfaatkan atap bangunan (rumah, gedung perkantoran, atau industri) sebagai daerah tangkapan airnya (catchment area) dimana air hujan yang jatuh di atas atap kemudian disalurkan melalui talang untuk selanjutnya dikumpulkan dan ditampung ke dalam tangki) atau bak penampung air hujan. 

Selain berbentuk tangki atau bak, tempat penampungan air hujan juga dapat berupa tong air biasa ataupun dalam suatu kolam/taman di dalam rumah). Teknik pemanenan air hujan yang memanfaatkan atap bangunan ini umumnya dilakukan di daerah permukiman / perkotaan. Konstruksi untuk bangunan pemanen air hujan dapat dibuat dengan cepat karena cukup sederhana dan mudah dalam pembuatannya.

theconstructor.org
theconstructor.org
Komponen-komponen utama konstruksi tampungan air hujan yang terdiri dari: atap rumah, saluran pengumpul (collector channel), filter untuk menyaring daun-daun atau kotoran lainnya yang terangkut oleh air, dan bak penampung air hujan. 

Teknik konservasi air dengan metode Roof Top Rain Water Harvesting dinilai mempunyai potensi yang cukup besar untuk mengatasi permasalahan krisis ketersediaan air baku, jika saja masyarakatnya mau untuk mulai melakukan upaya konservasi air dengan memanen air hujan di lingkungan rumah masing-masing.

 Meski sudah cukup lama dikenal di Indonesia, namun pada kenyataannya teknik konservasi ini belum banyak diimplementasikan secara serius. Memang sudah banyak orang yang menyalurkan air hujan dari atap rumahnya dengan sistem paralon, namun sayangnya air itu langsung diarahkan untuk dibuang ke selokan. 

Padahal jika air hujan dari atap tersebut ditampung dan dikumpulkan untuk dimanfaatkan, teknik ini dapat mengurangi krisis air yang umumnya terjadi di kota-kota besar yang padat penduduknya, seperti halnya Kota Jakarta.

2. Sistem permukaan tanah (land catchment area).

Menggunakan permukaan tanah merupkan metode yang sangat sederhana untuk mengumpulkan air hujan. Dibandingkan dengan sistem atap, pemanenan air hujan dengan sistem ini lebih banyak mengumpulkan air hujan dari daerah tangkapan yang lebih luas. Air hujan yang terkumpul dengan sistem ini lebih cocok digunakan untuk pertanian, karena kualitas air yang rendah. Air dapat ditampung dalam embung atau danau kecil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun