Mohon tunggu...
Damean Rambe
Damean Rambe Mohon Tunggu... Lainnya - Anak Desa

Berpikir moderat, bertindak transformatif, berperilaku humanis

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Potret Pendidikan Masyarakat Desa Terpencil di Masa Pandemi Covid-19

15 Agustus 2020   17:54 Diperbarui: 15 Agustus 2020   18:15 643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Bicara pendidikan tiada hentinya menuai perbalahan. Pro dan kontra ditemui diberbagai kalangan. Perdebatan selalu muncul di beranda media sosial apalagi dimasa pandemi menyoal belajar mengajar metode daring atau pembelajaran jarak jauh menuai perbantahan panjang. Keadaan sekarang dilema bagai makan buah simalakama.

Satu sisi kita menginginkan pendidikan tetap berjalan dengan cara apapun itu dan daring di nilai jadi solusinya namun disisi lain metode daring rupanya tidak berjalan mulus bagi mereka yang tingkat ekonominya rendah, tidak punya gaway, belum bisa mengoperasikan smartphone secara maksimal atau kendala di jaringan bagi mereka yang bertempat tinggal di daerah terpencil. Sehingga kendala ini membuat sebagian mereka kewalahan dalam mengikutinya belajar secara online. Misalnya saja keadaan di desa Sihalo-halo, Kecamatan Dolok Sigompulon, Kabupaten Padang Lawas Utara, Sumatera Utara yang masih minim dari jaringan internet membuat beberapa siswa terpaksa tiap harinya pergi kebukit agar bisa ikut belajar secara online.

Beberapa hari belakangan perhatian saya tertuju pada mereka yang tiap pagi berangkat dengan membawa beberapa perlengkapan sekolah dan tikar untuk alas belajar atau sebagian mereka hanya beralaskan kaki dan tanah. Mereka belajar ditempat yang tidak layak berpanas-panasan dan terkadang dilanda hujan sehingga terpaksa membuat tempat berteduh karena jam belajar sedang berlangsung. Metode belajar dilakukan Via-WA, guru memberikan soal melalui grup dan murid mengerjakan jawaban dibuku tulis lalu hasilnya di kirim dalam bentuk foto.

Melihat keadaan yang dirasakan beberapa siswa terkhusus desa Sihalo-halo yang minim dari jaringan internet sangat prihatin. Revolusi Industri 4.0 yang gencar dibicarakan pemerintah ternyata masih sebatas ilusi, padahal jauh sebelum adanya pandemi kampanye revolusi industri sudah menjadi kajian diskusi tapi masih nihil dalam aksi hal ini ditandai dengan tidak merata nya jaringan internet dipenjuru negeri.

Disamping jaringan internet yang belum memadai terdengar keluh kesah dari beberapa orang tua kewalahan dalam memenuhi fasilitas semisal gaway yang mesti dimiliki oleh para siswa namun tidak banyak dari mereka yang mampu memenuhinya sehingga tidak jarang para siswa tidak ikut serta dalam belajar. Keadaan ini dirasakan oleh beberapa orang tua didesa bahkan mungkin di kota. Atau sebagian dari mereka hanya menggunakan satu gaway untuk beberapa orang anaknya secara bergantian karena tingkat ekonomi yang rendah tidak mendukung mereka punya gaway ditiap individu siswa sehingga terkadang diantara mereka terkendala ikut belajar daring karena memiliki jadwal yang sama ketika pelajaran sedang berlangsung.

Prihatin, seperti inilah contoh kecil fotret pendidikan online di masa pandemi bagi desa terpencil terlihat jelas belum sanggupnya negara memberi fasilitas belajar daring menggunakan technology informasi dan tingkat ekonomi yang masih jauh dari kata mencukupi. Apa solusi selanjutnya? kemarin menteri Nadiem persilahkan dana BOS dipakai beli kuota untuk belajar daring, mungkin ini bisa meringankan biaya para orang tua. Akankah jaringan internet segera merata dipenjuru negeri?

Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang, hmm.

Foto ada di SINI.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun