Mohon tunggu...
Damarra Kartika
Damarra Kartika Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Komunikasi dengan Konsentrasi Studi Komunikasi Massa dan Digital Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Nasionalisme yang Tak Sekadar Basa-basi dalam "15,7 KM" (2018)

11 November 2020   20:27 Diperbarui: 11 November 2020   20:46 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar ketika dia menyeberangi sungai dengan perahu, Sumber: youtube montaseproduction

Masih sering mendengar kata "nasionalisme", kah? Mungkin beberapa membaca dari media sosial Instagram, atau sebagian lain dari portal berita, yang larut dalam riuhnya peringatan Hari Pahlawan pada 10 November kemarin. 

Ketika mendengar kata "nasionalisme", adakah yang masih mengaitkannya dengan pahlawan yang sudah berperang? Kalau iya, tidak apa. Itu juga bagus. Namun, mari beranjak lebih jauh dari itu. Kalau tidak lagi berperang, bagaimana bentuk "nasionalisme" itu terwujud? 

Nasionalisme: Lebih Jauh dari Sekadar Menjadi "Pahlawan" 

Saya jatuh hati pada definisi kedua pada Kamus Besar Bahasa Indonesia terkait kata "nasionalisme". Secara sederhana, nasionalisme diartikan sebagai kesadaran keanggotaan suatu bangsa, yang terus bersama berusaha memperjuangkan dan mempertahankan kemakmuran bangsa tersebut ("Nasionalisme", 2016). Arti lain adalah semangat kebangsaan. 

Mungkin karena pelajaran Sejarah di sekolah, seringkali kita mengintegrasikan "nasionalisme" dengan perjuangan pahlawan. Tentu hal ini tidak salah. Apabila dimaknai lebih jauh, "memperjuangkan" maupun "mempertahankan" yang tertera pada KBBI bisa jadi lebih luas artinya. Konsep kesadaran untuk mencintai bangsa dapat disajikan dalam beragam rupa. 

Sejauh 15.7 KM (2020) untuk Belajar

Kalau membutuhkan proyeksi yang lebih luas tentang "nasionalisme", mungkin kamu perlu menikmati film pendek 15.7 KM (2018) yang berdurasi 15 menit. Disutradarai oleh Rian Apriansyah, film pendek ini memiliki latar belakang Pulau Bangka. Berkisah tentang Budi (Jordy Armando) yang harus menempuh 15.7 km untuk sampai di Sekolah Dasar.

Sumber: montase.org 
Sumber: montase.org 

Jarak ini tentu menjadi lebih sederhana apabila ditempuh dengan kendaraan bermotor,tapi tidak dengan Budi. Keadaan ekonomi keluarga serta akses menuju sekolah yang tidak memadai, memaksa Budi berjalan kaki sepanjang 15.7 km. Setiap fase perjalanan ditampilkan jaraknya pada sisi kanan layar. Mulai dari 0 km, 3.2 km, 5.4 km, 10.8 km, hingga 15.7 km. Perjalanan darat dan air ini ditempuh Budi tanpa sepatu, tentu dengan logika mengamankan sepatu agar memiliki umur yang lebih panjang. 

Tidak Cukup Hanya Lewat Caption Instagram beserta Hashtagnya

Selaras dengan judul artikel ini, saya rasa unggahan memperingati Hari Kemerdekaan, Hari Pahlawan, maupun hari besar lainnya, tidak cukup untuk membawa kita memaknai "nasionalisme". Arti "nasionalisme" yang dihadirkan tidak akan sedalam yang disajikan Budi dalam 15.7 KM (2018). 

Nasionalisme yang demikian bisa jadi hanya basa-basi. Sepuluh menit setelah diunggah, menerima tanda suka dari banyak pengikut, mengonsumsi komentar netizen, selesai. Kadang hanya memaknai mungkin saat akan mengunggah saja. 

Mungkin cliche ketika mendengar salah satu cara menjadi nasionalis adalah dengan menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, tekun belajar, mengembangkan bakat, mengerahkan segala kemampuan untuk cita-cita bersama. Tapi begitulah nasionalisme modern digambarkan. 

Seberapa mau kamu berjuang untuk kesejahteraan dan kemakmuran bangsa? Perjuangan ini tentu dimulai sederhana dengan menjalankan peran dan kewajiban kita dengan baik. Persis seperti Budi, yang terus berjalan, setiap hari, untuk mendapatkan ilmu. 


Film berbahasa visual produksi Montase ini masuk ke dalam dua festival film besar di Polandia dan Tiongkok (Montase, 2018). Pada ajang "12th Grand Off International Film Festival 2018" di Kota Warsawa, Polandia, 15.7 KM (2018) meraih nominasi film dokumenter pendek terbaik. Sementara itu, di Tiongkok film ini menembus "9th China New Media International Short Film Festival 2018", Shen Zhen. 

Kemauan Budi berjalan di tengah dunia yang sudah "berlari", belajar di tengah dunia yang maunya "ringkas", dan menikmati cara berjuang secara tradisional, membawa warna tersendiri dalam memaknai "nasionalisme". 

Mari mencintai bangsa kita tidak hanya dari foto apik dan caption menarik di Instagram. Mengusahakan yang terbaik dalam bidang kita, untuk Indonesia yang lebih baik. Jangan lupa ikut menyaksikan kisah Budi ya!

Daftar Pustaka: 

Montase. (2018). 15,7 KM TEMBUS DUA FESTIVAL FILM BERGENGSI DI POLANDIA DAN TIONGKOK. montase.org. https://montase.org/157-km-tembus-dua-festival-film-bergengsi-di-polandia-dan-tiongkok/ 

Nasionalisme. (2016). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/nasionalisme  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun