Mohon tunggu...
Damar Juniarto
Damar Juniarto Mohon Tunggu... Penulis - Changemakers Rest of the World 100 Global Tech 2022 • Anugerah Dewan Pers 2021 • Trust Conference Changemakers 2021 • IVLP 2018 Cyber Policy and Free Expression Online • YNW Netizen Marketeers Award 2018

Damar Juniarto adalah aktivis hak asasi manusia yang dikenal dengan karyanya tentang hak digital dan kebebasan berekspresi online di Asia Tenggara. Sejak 2013, ia menjabat sebagai Direktur Eksekutif SAFEnet. Dia juga menjabat sebagai Penasihat di DigitalReach, sebuah organisasi regional yang menyelidiki dampak teknologi terhadap hak asasi manusia di Asia Tenggara. Damar telah menerima penghargaan atas karyanya, termasuk pengakuan sebagai salah satu Changemakers Rest of The World pada tahun 2022 dan Anugerah Dewan Pers di 2021 karena mempromosikan kebebasan pers di Indonesia. linktr.ee/damarjuniarto

Selanjutnya

Tutup

Politik

Masih Pantaskah Kita Bersikap Netral?

10 Juni 2014   19:57 Diperbarui: 9 November 2022   16:55 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tempat tergelap di neraka menanti mereka yang mempertahankan kenetralan di saat krisis moral terjadi (Pixabay)

"The darkest places in hell are reserved for those who maintain their neutrality in times of moral crisis." - Dante Alighieri (Tempat tergelap di neraka menanti mereka yang mempertahankan kenetralan di saat krisis moral terjadi)

Demikian kutipan dari penulis Dante Alighieri. Banyak orang kemudian mengartikan krisis moral yang dimaksud penulis Italia ini adalah perang, rasisme, dan bentuk-bentuk diskriminasi, dan korupsi. Banyak orang juga kemudian mencoba mengartikan kenetralan dengan sikap diam, tidak berbuat apa-apa, berpangku tangan.

Beragam tafsir atas kutipan itu tidak mengurangi esensi bahwa ada persoalan yang harus segera disikapi di saat krisis dan kenetralan bukanlah solusi.

Saya berpikir kutipan tadi relevan untuk membaca situasi politik di Indonesia saat ini, hari ini. Ketika krisis moral terjadi di dalam kehidupan kita: diskriminasi, korupsi, penyeragaman, oligarki yang sudah tidak malu-malu ditunjukkan, dan bahkan dibanggakan. Ketika orang beribadah tidak lagi dilindungi, ketika orang berusaha tidak lagi mendapat kepastian, ketika pembunuhan dibenarkan, inilah krisis moral paling buruk.

Di saat krisis seperti ini, saya bertanya kepada diri saya sendiri: masih pantaskah netral? Masih pantaskah berdiam diri?

Ternyata saya sudah tidak bisa lagi bangga menjadi swing voter kalau situasinya sudah demikian genting. Saya sudah tidak bisa lagi diam melihat kenyataan buruk ini. Ini saat yang tepat untuk mengambil pilihan: saya harus ikut memperjuangkan ke-Bhinneka Tunggal Ika dan tegaknya hukum yang sama bagi semua orang.

Saya sendiri baru bisa menetapkannya kemarin, tepatnya pagi hari, 9 Juni 2014, sebulan sebelum pilpres. Selama ini saya berusaha cermat, mencari masa depan terbaik buat saya dan keluarga saya.

Memang, meskipun terdengar naif, tapi itulah sejatinya makna pilihan kita. Pada saat berada dalam kotak pemilihan nanti, saat kita berdiri sendiri dan di tangan kita cuma ada kertas pilihan, sesungguhnya kita memilih bukan untuk Indonesia, kita memilih untuk masa depan kita sendiri.

Saya berpikir sejumlah isu penting yang harus terpenuhi: 1/. terjaminnya kehidupan Indonesia yang menjunjung ke-Bhinneka Tunggal Ika-an dan 2/. kepastian hukum yang sama bagi semua orang. Dua isu penting ini sangat relevan untuk saya dan keluarga saya yang minoritas dan posisinya lemah di hadapan orang yang berkuasa.

Namun manakala saya menonton Debat Capres tadi malam dan menyaksikan kedua kandidat pasangan capres berbicara, saya lalu berpikir memang seharusnya ada lagi isu ketiga yang jauh lebih penting: kepemimpinan yang memberi teladan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun