Toboh Kambie nama kampungnya, masuk Nagari Lareh Nan Panjang Barat. Perkampungan ini masih asli, karena lebih luas lahan pertanian sawah ketimbang pemukiman warga.
Jejak peradaban Islam di kampung yang masuk wilayah Kecamatan VII Koto Sungai Sariak, Kabupaten Padang Pariaman ini masih ada. Di kampung ini Syekh Madinah, guru pertama Syekh Burhanuddin bermakam.
Dan di komplek makam Syekh Madinah itu pula seluruh Tuanku Kadhi VII Koto bermakam. Dan di kampung ini pula Masjid Raya VII Koto berdiri sejak saisuak, dan sampai sekarang hingga akan datang tentu masih seperti demikian.
Sekeliling Masjid Raya VII Koto terbilang cukup banyak surau. Bahkan di bagian hilirnya Toboh Kambie, Kampung Surau nama sebuah kampung.
Sungai Batang Piaman yang melintasi kampung itu menjadi tempat mandi oleh masyarakat. Sungainya tidak sebesar Sungai Batang Anai dan tidak sekecil Sungai Batang Ampalu. Ada musim dan siklus, ketika musim hujan, besarnya bisa memusnahkan lahan pertanian masyarakat di tepinya.
Bagindo Junaidi, salah seorang tokoh masyarakat Toboh Kambie ini sering bercerita soal kampungnya itu.
Dia bersama masyarakat di situ mendirikan sebuah yayasan, memakai nama Syekh Madinah. Artinya, dia ingin adanya kelanjutan pembangunan agama lewat nilai-nilai ajaran Syekh Madinah ini.
Ya, sebuah pesantren yang akan membentuk karakter dan akhlakul kharimah tentunya, seperti yang ditinggalkan Syekh Madinah dulunya.
Kemudian, yang menjadi pertanyaan oleh Buya, begitu banyak orang menyapa Bagindo Junaidi ini, kenapa orang tiap hari ramai ziarah ke Ulakan, makamnya Syekh Burhanuddin, sementara ke makam Syekh Madinah yang gurunya Syekh Burhanuddin jarang orang berkunjung.
Tentu ini menjadi landasan bagi Buya dalam membangun sebuah pesantren modern, tempat mempelajari peradaban Islam itu sendiri, sekaligus mengembalikan nama besar Syekh Madinah.