Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengaji Pusara Jelang Puasa di Padang Pariaman

19 Maret 2023   15:18 Diperbarui: 19 Maret 2023   16:07 854
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tradisi ziarah kubur dan mengaji pusara jelang puasa di Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman. (foto dok pribadi)

Ziarah kubur jelang puasa, sepertinya sudah menjadi tradisi di Padang Pariaman sejak dulunya.

Bermacam-macam. Tidak ada yang serentak harinya. Sesuai kesepakatan yang sudah dibuat oleh masyarakat kampung itu. 

Dan pandam pekuburan itu juga beragam pula. Ada dalam satu nagari itu banyak pandam pekuburan. Milik kaum dan ada milik nagari. 

Tapi yang jelas setiap kaum punya pandam pekuburan, dan jelang puasa ini para anggota kaum mendatangi pandam itu secara bersama-sama, laki-laki dan perempuan. 

Ziarah, diawali dengan membersihkan lingkungan makam. Laki-laki membawa alat, seperti pedang dan cangkul, lalu yang perempuan membawa rantang. 

Lalu, orang siak yang tersebut dalam kampung itu mengaji dan mendoa, dan sehabis mengaji dan mendoa, diadakan makan bersama. Kaji dan doa tentunya dihadiahkan buat seluruh yang bermakam di komplek pandam pekuburan itu.

Ziarah kubur ini juga disebut sebagai "mengaji pusaro". Biasanya, di Padang Pariaman itu diadakan dua kali dalam setahun. Pertama jelang puasa, dan kedua sesudah lebaran. 

Sejak Sabtu (19/3/2023) sudah ada masyarakat yang menggelar ziarah kubur itu. Puasa sendiri mulai Rabu oleh sebagian, ada pula yang Kamis mulainya, dan juga Jumat baru mulai puasa pertama.

Sebab, dari atas itu ada rujukan Muhammadiyah yang mulai Kamis satu Ramadhan tahun ini. Sementara, masyarakat Syathariyah mungkin Kamis itu masih melihat bulan. Artinya, belum puasa Kamis itu.

Ziarah kubur jelang dan sesudah puasa ini, kata pemuka masyarakat sudah menjadi kelaziman. Ini wirid dan kebiasaan sejak dulu, yang kita lanjutkan hingga saat ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun