Sepertinya hobi ketika kecil dengan hobi setelah berumah tangga, adalah hukum alam. Situasi dan kondisi yang membuat semua hobi berubah. Faktor usia jelas, menjadi pemicu utamanya, sehingga restu atau tidaknya pasangan hidup, itu relatif.
Seiring menekuni dunia tulis-menulis, saya pun punya hobi membaca buku. Buku apa saja, yang penting menarik untuk dibaca, saya baca.
Buku novel sering dan banyak saya baca. Biografi orang sukses, kisah inspiratif pun suka saya membacanya. Buku politik, agama, sangat banyak saya punyai.
Hanya saja prekwensinya sedikit menurun, lantaran dunia digitalisasi telah merambah kehidupan masyarakat. Sehingga saya pun sudah jarang beli buku.
Dulu, sebelum internet menjamur, hp masih lazim SMS, saya nyaris selalu sepekan ke toko buku. Beli buku baru, dan sesekali beli buku bekas.
Mungkin karena pasangan hidup saya kurang minat membaca, ketika saya menghabiskan waktu hanya dengan buku, istri pun jadi risih. Ada kesan tak suka dia terhadap hobi itu.
Namun, dia tidak pernah menyampaikan. Hanya lewat sikap. Ketika libur kerja alias di rumah saja, biasanya banyak buku yang selesai saya baca.
Kalau bagus buku itu, biasanya saya buat pula resensinya. Itu tadi, saya hobi menulis, membaca pun jadi hobi tersendiri yang susah untuk merubahnya.
Saya sudah merasakan, bahwa membaca buku itu laksana laksana sejiwanya roh dengan badan. Hidup terasa kering dan dan hambar ketika tidak membaca.
Apalagi ketika sedang sakit yang diistirahatkan di rumah atau dirawat di rumah sakit, wah semakin banyak buku habis terbaca.