Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memaknai Tragedi, Memperkuat Komitmen dan Kebersamaan

14 September 2022   08:23 Diperbarui: 14 September 2022   08:33 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertemuan sejumlah wartawan dan LSM untuk sebuah komitmen bersama. (foto dok damanhuri)

Sesuatu yang terjadi pasti punya hikmah tersendiri. Hanya saja masyarakat yang kurang bersyukur dalam hidup ini, sehingga tak mampu memaknai hikmah itu.

Setidaknya hikmah itulah yang sedang dimaknai oleh sejumlah wartawan dan LSM di Piaman, pasca tragedi yang menimpa seorang wartawan utama Ikhlas Darma Murya.

Tragedi kekerasan fisik dari tugas kontrol sosialnya, dan berujung laporan polisi. Hikmah atau pelajaran bagi wartawan dan LSM, Ahad (11/9/2022) terjadi pertemuan, hubungan silaturahmi yang tentunya akan memperkuat posisi wartawan dan LSM itu sendiri dalam menjalankan tugasnya di tengah masyarakat.

Banyak. Dari lebih 30 orang wartawan yang tergabung dalam grup WA, hampir 20 orang hadir. Yang tidak saling kenal, bersua hari itu di sebuah kedai di Duku Banyak, Nagari Balah Aie Timur, terasa ada semacam kekuatan.

Apalagi kultur daerah Piaman dan Minangkabau terkenal dengan budaya gotong royong, badoncek, kabar baik baimbauan, kabar buruk berhambauan. 

Wartawan dan LSM sebagai kelompok masyarakat intelek, setidaknya bisa dan mampu menjadi contoh dalam melahirkan nilai-nilai kebersamaan di tengah masyarakat.

"Basamo mangko manjadi," begitu kira-kira para tokoh mengajak masyarakat untuk saling berkomunikasi, silaturahmi, membangun kekuatan secara bersama.

Ikhlas Bakri, Ketua PWI Pariaman yang memfasilitasi pertemuan itu ingin kasus dan tragedi itu menjadi pelajaran bersama. Pelajaran, agar penguasa dan pengusaha tahu dan mengetahui tugas dan fungsi wartawan di lapangan.

"Kita mengutuk dan minta pihak berwajib menuntaskan masalah ini," ujar Ikhlas Bakri, wartawan senior ini.

Pertemuan siang hingga petang itu, juga melahirkan komitmen yang kuat. Wartawan dan LSM itu terus memantau pengerjaan proyek yang bernilai miliaran rupiah itu.

Sebab, ini soal memberikan informasi yang benar ke masyarakat. Pengerjaan yang salah dan asal jadi, harus di kritik media agar uang negara tidak terbuang sia-sia.

Sebagai pilar kekuatan demokrasi keempat setelah eksekutif, legislatif, dan yudikatif, media melalui wartawannya harus mengontrol semua komponen itu.

Mengentrol tentu sesuai pula dengan aturan. Menjalankan dan menegakkan kode etik profesi wartawan itu sendiri. Menegakan etika perilaku dan moral, yang menjadi dasar kekuatan wartawan itu sendiri dalam melakukan kontrol sosialnya.

Kemudian, setelah kesepakan untuk mendatangi Polres Kota Pariaman secara bersama, dengan silaturahmi sekaligus memperkuat agar tragedi ini tuntas, sesuai fakta hukum, para wartawan dan gabungan LSM ini menyepakati untuk bersua tiap bulan.

Ya, tiap tanggal 11 yang dimulai 11 Oktober di kediaman Ikhlas Bakri. Bersua untuk memperkuat silaturahmi sekaligus membuat arisan bulanan.

Tentu, diminta semua anggota yang ada dalam grup untuk bisa ikut dan ambil bagian dalam kebersamaan ini. Banyak hal yang menjadi titik persoalan, bila dipecahkan secara bersama akan selesai dengan baik.

Kata Datuak, kalau sudah bersama tidak ada beban yang berat. Tak keruh yang tidak akan jernih, tidak ada pula kusut yang tak akan selesai. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun