Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kenaikan BBM dan Pengalihan Isu

7 September 2022   07:58 Diperbarui: 7 September 2022   08:00 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Antrian di sebuah SPBU di kabupaten Padang Pariaman, Senin kemarin. (foto dok damanhuri)

BBM naik, antrian di SPBU terus mengular. Ada apa?, Terutama di jalur BBM subsidi, Pertalite.

Setidaknya, pemandangan antrian panjang itu saya lihat di sejumlah SPBU di kabupaten Padang Pariaman dan Kota Pariaman, Sumatera Barat, Senin hingga ini hari.

Saya ikut pula antri. Ada sejam, baru tiba giliran motor saya ngisi pertalite. Jadi, kenaikan BBM tak membuat masyarakat di sini melakukan penolakan.

Yang penat menunggu antrian, keluar dan lari dari SPBU. Lalu yang di belakangnya maju ke muka. Mungkin dia tak tahan lama menunggu, takut telat anaknya masuk sekolah.

Selama sejam antrian saya di SPBU Toboh Gadang itu, ada sampai lima orang memilih putar balik, alias tak jadi ngisi pertalite.

Sebab, jam pagi ini umumnya motor yang ngisi Pertalite orang tua yang mengantar anaknya sekolah. Saya juga. Tapi saya memilih terus ke sekolah anak di MTsN 2 Padang Pariaman, yang tak jauh dari SPBU itu, dan baliknya baru saya antrian ngisi Pertalite.

Sore Senin, saya dari Pakasai, Kota Pariaman. Mau pulang lewat Cubadak Aie lalu habis minyak tengki motor di jalan, jelang Simpang Cubadak Aie.

Alhamdulillah, pas mesin motor mati, ada orang jualan BBM enceran. Seliter Pertalite dijualnya Rp12 ribu. Saya beli seliter saja, karena di SPBU nanti diisi lagi.

Saya jalan melewati Jati. Habis terminal hati, sebuah SPBU sedang mengular antriannya sore itu. Saya lewati saja, dan rencana di SPBU Kurai Taji saja.

Namun, di Kurai Taji antrian juga sangat panjang, dan sempat mengganggu lalu lintas. Lagi saya jalan, dan rencana di SPBU Toboh Gadang saja.

Lagi-lagi antrian panjang senja jelang malam masuk itu tak kalah memusingkan kita. Dan akhirnya saya tak jadi ngisi Pertalite sore itu, dan lanjut pulang ke rumah.

Dulu, antrian itu biasanya sebelum minyak naik. Kira-kira sejam jelang pengumuman naik harga BBM, itu antrian di SPBU luar biasa.

Sekarang, justru terbalik. Setelah minyak naik antrian. Tentu ini sebuah sikap dan tindakan masyarakat terhadap kondisi ini sudah apatis.

Kebutuhan akan BBM tak berkurang. Itu kebutuhan dasar. Dan di rasa tak ada orang yang tidak punya kendaraan saat ini.

Sepertinya, kebaikan BBM ada upaya untuk mengalihkan isyu dan kondisi yang terjadi. Yang sebelum minyak naik ramai dengan isyu Kepolisian, kini isyu BBM yang ramai, dan kasus Fredy Sambo tak begitu diperbincangkan orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun