Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pendidikan Surau Modal Paling Besar untuk Merantau Orang Minangkabau

2 Juli 2022   11:00 Diperbarui: 2 Juli 2022   11:31 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Karatau madang di hulu, berbuah berbunga belum. Ke rantau bujang dahulu, di kampung berguna belum.

Falsafah ini tak asing lagi bagi masyarakat Minangkabau. Dan sesuai pula dengan kondisi etnis ini yang memang banyak dan gemar merantau.

Orang Minang merantau tak banyak membawa bekal, selain nilai-nilai yang diajarkan orangtua dan pangulunya. Yakni, di mana bumi dipijak, di situ pula langit dijujung, di situ air disauk, di situ pula ranting di patah.

Sebuah makna yang dalam dan luas terhadap kemandirian masa depan dalam perantauan.

Kenapa dengan merantau? Alam terkembang jadi guru. Tak ada padi yang besar di persemaian. Ingin besar dan berbuah, padi itu haru di pisahkan dari persemaiannya.

Dengan merantau ini pula, kita dapat ilmu pengetahuan yang luas. Belajar dari lingkungan yang berbeda, membuat kita semakin luas dan mampu mandiri.

Kita akan tahu, bahwa alam ini luas. Kaya akan berbagai potensi yang harus terus digali dan digali, untuk sumber kehidupan.

Dari merantau kita belajar menghargai pendapat orang lain yang berbeda dengan kita dan orang lainnya lagi. Kita terbiasa dengan pola heterogen, majemuk, berbeda pendapat apalagi pendapatan.

Makanya, orang Minang sering kita temui berhasil di kampung orang. Mereka sudah belajar banyak budaya dan adat istiadat yang berlaku di rantau tempat dia hidup dan tinggal.

Ya, berhasil menjadi politisi dengan memimpin DPRD misalnya. Atau berhasil menjadi kepala daerah di kampung orang. Karena dia merasa orang kampung itu lebih pula dari orang yang lahir di situ.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun