Lalu, ada juga yang mengasih duit, karena tak sempat menanak nasi mungkin. Dan semua peserta ratik tolak bala itu pun ikut "badoncek", memberikan uang sekedarnya, untuk nanti sedekah orang siak yang memimpin jalannya tradisi demikian.
Mulai dari surau terus berjalan sekeliling kampung, dan berakhir di surau tadi. Selesai kira-kira agak tiga sampai empat jam, dan lanjut dengan doa dan makan bersama.
Ratik tolak bala umumnya dilakukan malam hari. Kalau pun ada siang hari, itu sudah agak sore, yakni sehabis Asar menjelang Magrib.
Ratik tolak bala mengandung hikmah terpatrinya nilai-nilai kebersamaan di tengah masyarakat.
Masyarakat kampung yang umumnya bertani, tampak seiya sekata, seayun selangkah dalam mulai turun ke sawah.
Ingin selamat pertahunan, ya bersama pula mengatasinya. Ratik tolak bala mengajarkan akan pentingnya nilai gotong royong, sosial kemasyarakatan.
Hanya dengan kebersamaan itulah terwujudnya berkah usaha. Padi masak jagung "maupiah". Itu yang jadi keinginan dalam bertani, sebagai penyambung hidup dan kehidupan.