Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kebersamaan Lewat Tradisi Ratik Tolak Bala Sehabis Bertanam Padi

23 Juni 2022   18:17 Diperbarui: 23 Juni 2022   18:32 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sawah petani di Kabupaten Limapuluh Kota terlihat rancak. (foto dok damanhuri)

Lalu, ada juga yang mengasih duit, karena tak sempat menanak nasi mungkin. Dan semua peserta ratik tolak bala itu pun ikut "badoncek", memberikan uang sekedarnya, untuk nanti sedekah orang siak yang memimpin jalannya tradisi demikian.

Mulai dari surau terus berjalan sekeliling kampung, dan berakhir di surau tadi. Selesai kira-kira agak tiga sampai empat jam, dan lanjut dengan doa dan makan bersama.

Ratik tolak bala umumnya dilakukan malam hari. Kalau pun ada siang hari, itu sudah agak sore, yakni sehabis Asar menjelang Magrib.

Ratik tolak bala mengandung hikmah terpatrinya nilai-nilai kebersamaan di tengah masyarakat.

Masyarakat kampung yang umumnya bertani, tampak seiya sekata, seayun selangkah dalam mulai turun ke sawah.

Ingin selamat pertahunan, ya bersama pula mengatasinya. Ratik tolak bala mengajarkan akan pentingnya nilai gotong royong, sosial kemasyarakatan.

Hanya dengan kebersamaan itulah terwujudnya berkah usaha. Padi masak jagung "maupiah". Itu yang jadi keinginan dalam bertani, sebagai penyambung hidup dan kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun