Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kebersamaan Lewat Tradisi Ratik Tolak Bala Sehabis Bertanam Padi

23 Juni 2022   18:17 Diperbarui: 23 Juni 2022   18:32 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sekalian bala bencana tertolak, nikmat dekat. Padi menjadi, buahnya lebat, dan terhindar dari mara bahaya," kata seorang tokoh masyarakat mendatangkan permohonan doa dan kaji usai masa tanam baru saja selesai.

Intinya, selesai masa bertanam di sawah, masyarakat yang dikomandoi "orang siak" melakukan "ratik tolak bala".

Wirid dan tradisi sejak dulunya di sebagian besar nagari di Kabupaten Padang Pariaman, melakukan ratik tolak bala sehabis bertanam. 

Ratik tolak bala ini dengan cara membaca kalimah thaibah, dengan cara mengelilingi area persawahan.

Artinya, setelah berusaha kita tidak boleh lupa berdoa. Sebab, yang akan menumbuhkan padi, dan menjadikannya makan pokok, ya Tuhan yang punya kuasa untuk itu.

Makanya, ratik tolak bala bagian dari doa dan ikhtiar kita kepada Yang Maha Kuasa, agar semua tujuan tercapai.

Begitu juga di ladang. Ketika musim panceklik. Misalnya semua tanaman petani di ladang habis atau dimakan oleh hama, maka ratik tolak bala pun digelar.

Caranya, sama dengan yang di sawah. Hanya, berkeliling tentu dalam kampung. Mulai di surau milik masyarakat terus berkeliling ke seluruh kampung yang menjadi kekuasaan orang siak tersebut.

Umumnya, peserta ratik tolak bala itu adalah kaum laki-laki. Berada di barisan belakang orang siak. Sementara, kaum perempuan dalam kampung mengantarkan nasi ke surau.

Dan ada yang menunggu di rumahnya. Ketika barisan orang banyak sedang ratik tolak bala sampai di rumahnya, dengan senang hati dia beri nasi dan sambal yang sudah dibungkus dengan daun pisang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun