Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tenaga Honorer Itu Kembali Galau

11 Juni 2022   19:19 Diperbarui: 11 Juni 2022   19:54 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Santriwati salah satu pesantren di Padang Pariaman sedang mengikuti upacara. (foto dok damanhuri)

Jauhnya tempat ia mengajar dari rumahnya, tak membuat guru honor ini patah semangat. Baginya, yang penting bisa menghonor di sekolah itu.

Mendengar kabar tenaga honorer akan dihapuskan, Maya, guru honor yang sudah bertahun-tahun menghonornya di sekolah dasar yang cukup jauh dari rumahnya, merasa gundah dan galau.

Tinggal di Kota Pariaman dan menghonor di Guguak, Nagari Lurah Ampalu, Maya mesti naik motor 40 kilometer pulang pergi tiap hari.

Mungkin sudah nasibnya tak bisa terangkat jadi guru PNS. Sementara, banyak kawannya yang sama-sama mengawali guru honor sebagian telah jadi PNS.

"Tak tahu akan berbuat apa. Yang jelas, selagi masih diberi waktu dan kesempatan, saya akan tetap mengajar," ujar dia berkisah.

Dia mengaku telah melakukan banyak hal, soal untuk bisa jadi PNS atau ASN seperti temannya. Namun, nasib berkata lain. Dia masih tenaga honor.

Jangan tanya gaji dari honor dia. Lihat saja kenyataan dan faktanya dari tenaga honor lain. 

"Hanyak gelak yang diketawakan. Mau berutang, tak ada yang bisa digadaikan," keluh ibu tiga orang putra-putri ini.

Baginya, menghonor tetap dilakukannya, meskipun kemasukan sama sekali tak sebanding dengan biaya yang dia keluarkan tiap hari untuk pulang dan pergi ke sekolah.

Suaminya yang hanya buruh lepas, tentu tak pula bisa sepenuhnya menghidupi rumah tangganya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun