Jauhnya tempat ia mengajar dari rumahnya, tak membuat guru honor ini patah semangat. Baginya, yang penting bisa menghonor di sekolah itu.
Mendengar kabar tenaga honorer akan dihapuskan, Maya, guru honor yang sudah bertahun-tahun menghonornya di sekolah dasar yang cukup jauh dari rumahnya, merasa gundah dan galau.
Tinggal di Kota Pariaman dan menghonor di Guguak, Nagari Lurah Ampalu, Maya mesti naik motor 40 kilometer pulang pergi tiap hari.
Mungkin sudah nasibnya tak bisa terangkat jadi guru PNS. Sementara, banyak kawannya yang sama-sama mengawali guru honor sebagian telah jadi PNS.
"Tak tahu akan berbuat apa. Yang jelas, selagi masih diberi waktu dan kesempatan, saya akan tetap mengajar," ujar dia berkisah.
Dia mengaku telah melakukan banyak hal, soal untuk bisa jadi PNS atau ASN seperti temannya. Namun, nasib berkata lain. Dia masih tenaga honor.
Jangan tanya gaji dari honor dia. Lihat saja kenyataan dan faktanya dari tenaga honor lain.
"Hanyak gelak yang diketawakan. Mau berutang, tak ada yang bisa digadaikan," keluh ibu tiga orang putra-putri ini.
Baginya, menghonor tetap dilakukannya, meskipun kemasukan sama sekali tak sebanding dengan biaya yang dia keluarkan tiap hari untuk pulang dan pergi ke sekolah.
Suaminya yang hanya buruh lepas, tentu tak pula bisa sepenuhnya menghidupi rumah tangganya.