Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Keteladanan Buya Zainuddin Tuanku Bagindo Basa

8 Juni 2022   08:39 Diperbarui: 11 Juni 2022   15:27 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buya Zainuddin (kanan) memberikan sebuah batu ke tokoh masyarakat dengan merendah. (foto dok afrizal arif)

Senang dan paling suka minta maaf pada siapapun sehabis berinteraksi dengannya, tampak sekali dari sikap Buya H. Zainuddin Tuanku Bagindo Basa.

"Maaf ambo a. Atau maaf Yo," kata dia sehabis bicara dengan lawan bicaranya lewat telpon dan atau usai bicara langsung misalnya.

Tentu sebuah sikap yang tak dibuat-buat. Mengalir begitu saja, dari kerendahan hatinya. Dan demikian itu, juga bagian dari amalan karena manusia tak pernah luput dari salah dan khilaf.

Saya sudah mengenal Buya ini sejak tahun 1990 an. Dia punya banyak nama dan gelar, serta sapaan oleh banyak orang. Nama lengkapnya Zainuddin. 

Nama yang diberikan oleh kedua orangtuanya ketika lahir ke dunia. Nama yang rancak menurut agama, dan bagian dari doa kedua orangtua saat lahir.

Di kampungnya, terutama yang lebih tua dari dia memanggilnya, Enek. Mungkin saja karena badannya tak terlalu besar. Sehingga, zaman saya mondok dulu, dia disapa oleh yuniornya dengan sapaan "Tuo Enek".

Lama mengaji dan mondok di Madrasatul 'Ulum Lubuk Pandan, dan sebelumnya di Tapakis, Buya ini termasuk ulama yang beruntung. Bertemu dan mengaji langsung dengan ulama hebat, Syekh H. Musa Tapakis dan Syekh Abdullah Aminuddin Tuanku Shaliah Lubuk Pandan.

Lama mengaji, lalu diangkat jadi tuanku 1994 pun dikelilingi oleh ulama besar dan punya pengaruh yang amat luar biasa. Dia diresmikan jadi tuanku di kampungnya, Kampung Paneh Padang Toboh.

Yang mengangkatnya jadi tuanku, adalah Syekh Ali Imran Hasan Ringan-Ringan, Syekh Abdullah Aminuddin Tuanku Shaliah, dan ulama lainnya yang terkesan sangat sakral.

Dia bertiga sekali dinobatkan jadi tuanku. Dua rekannya, mendiang Lukman Hakim Tuanku Bagindo Sati, dan Ibrahim Tuanku Sutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun