Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

SDLB Mutiara Qalbu Hadir atas Kepedulian Pengurus Yayasan

28 Mei 2022   18:09 Diperbarui: 28 Mei 2022   18:10 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gedung SDLB Mutiara Qalbu dengan status masih menyewa rumah masyarakat. (foto dok bakhrial eri)

Keceriaan anak-anak berkebutuhan khusus itu, terus terlihat ceria dan selalu senyum sumringah. Ketika mereka berbaur, dibawah bimbingan guru yang optimis dan sabar, kian terselip masa depan yang cerah. 

Tidak banyak. Hanya 26 murid Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Mutiara Qalbu. Berdiri sejak 2016 lalu, kini sekolah yang bernaung dibawah Yayasan Fastabiqul Khairat Fisabilillah itu telah mengantongi izin.

Bakhrial Eri, Ketua Yayasan Fastabiqul Khairat Fisabilillah menyebutkan, sekolah ini hadir dari rasa kepeduliannya terhadap anak disabilitas. 

Ditambah untuk Kecamatan Sungai Limau, Sungai Geringging, V Kampung Dalam, Batang Gasan, IV Koto Aur Malintang tidak punya sekolah luar biasa, menjadi penyemangat tersendiri bagi Bakhrial Eri untuk memuluskan niat dan keinginannya untuk mendirikan sekolah itu. 

"Alhamdulillah, enam orang guru plus sekretariat, terasa cukup untuk menghadapi anak sebanyak itu," cerita Bakhrial Eri.

Ada dua pola pendidikan yang diberikan kepada anak berkebutuhan khusus itu, yakni pendidikan formal, layaknya sekolah biasa tapi kurikulum luar biasa. 

Kedua, katanya pendidikan skill dan keterampilan. Anak-anak diarahkan mengikuti keterampilan, sesuai minat dan bakatnya sendiri.

"Yang sudah dilakukan, adalah keterampilan membuat sapu lidi dari daun kelapa. Lumayan bersemangat, dan ada ide dan kreatifitas anak yang mesti dibangunkan lewat keterampilan tersebut," ujar dia.

Potensi lidi daun kelapa ini cukup besar di Padang Pariaman. "Kedepan akan ada keterampilan lain, seperti membuat batu bata serta lainnya yang akan dikembangkan di sekolah yang terletak di Sungai Limau ini," ungkapnya. 

Dengan keterbatasan anggaran yang dia punyai, Bakhrial Eri butuh donatur untuk ikut memajukan sekolah ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun