Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Buya Syafii Maarif, Anak Panah Muhammadiyah yang Kuat Komitmen Nasionalisme

27 Mei 2022   20:05 Diperbarui: 27 Mei 2022   20:14 711
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buya Ahmad Syafii Maarif ketika dalam acara bersama Abdurrahman Wahid. (foto dok yenny wahid)

Ketika membaca postingan teman di medsos tentang kepergian Buya Ahmad Syafii Maarif, pagi jelang Jumat (27/5/2022) saya terpaku.

Ingatan saya menerawang, jauh kebelakang. Ingat saya, betapa guru bangsa yang satu ini menjunjung tinggi nilai-nilai kebangsaan.

Indonesia-nya utuh, tak sumbing. Dan itu pun kuat bagaikan batu karang. Tercermin dari sikapnya secara lisan dan tulisan.

Membaca Buya Ahmad Syafii Maarif, tak bisa dipisahkan dari komitmennya tentang Indonesia dan Muhammadiyah. Baginya, Muhammadiyah dan NU adalah benteng kuat yang menjaga Indonesia dari rong-rongan paham keagamaan radikal.

Sama dengan Abdurrahman Wahid dengan NU. Kedua tokoh bangsa ini pun berkawan, saling mengisi satu sama lain.

Lewat Muhammadiyah dan NU, kedua tokoh ini terus menyuarakan pentingnya menjaga perdamaian. Bahwa Islam Indonesia adalah Islam yang rahmatan lilalamin.

Bisa kuat dan hidup saling bergandengan. Itulah pentingnya nasionalisme, ketimbang memformalkan syariat Islam itu sendiri di lembaran negara.

Lewat pergulatannya yang panjang dan mendasar di Muhammadiyah, Buya ingin masyarakat Indonesia jadi yang terdepan dalam membela ke-Indonedia-an di hadapan dunia.

Buya kelahiran 31 Mei 1935 di Sumpur Kudus, Sumatera Barat ini adalah panutan. Ulama kharismatik, punya jemaah dari bebagai keyakinan dan agama.

Dia sosok yang diterima semua kalangan, dan itu adalah keunggulan Buya, yang tak mudah mencari tokoh sebanding dengannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun