Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Menghidupkan Kembali Santriwati di Madrasatul 'Ulum

13 Februari 2022   23:33 Diperbarui: 13 Februari 2022   23:33 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rapat Yayasan Syekh Abdullah Aminuddin Tuanku Shaliah terkait penerimaan santriwati. (foto dok damanhuri)

Keberadaan santriwati di Pondok Pesantren Madrasatul 'Ulum Lubuk Pandan sudah lama terputusnya.

Tahun ajaran 2022/2023, rencananya akan dilakukan penerimaan santri perempuan tersebut.

Pengkajian yang matang, dan sesuai dengan tujuan pendidikan keagamaan itu sendiri yang menjadi hak semua warga.

Di pesantren yang berdiri 1940 ini, keberadaan santriwati pernah menemui puncak kejayaan.

Di mulai era 1980 an, bermula dari santriwati anak kampung keliling pesantren, dan dihadapi langsung oleh Buya Marulis Tuanku Mudo.

Buya Marulis Tuanku Mudo yang kini jadi pimpinan di pesantren yang terletak di pinggir Sungai Batang Ulakan ini menilai, butuh kesepakan bersama untuk hal ini.

"Tahun 1980 an itu, Buya Abdullah Aminuddin Tuanku Shaliah sempat melarang santriwati, karena menurutnya tak ada guru tuo yang patut mengajarnya," cerita Buya Marulis Tuanku Mudo, Ahad (13/2/2022) dalam rapat bersama pengurus Yayasan Syekh Abdullah Aminuddin Tuanku Shaliah.

Namun, katanya, orang tua-tua di kepung ini selalu mendesak, dan menginginkan anak cucu perempuan mereka bisa pula ikut mengaji.

"Terus di sampaikan ke Buya, sehingga akhirnya Buya minta saya mengajar santriwati itu," ulas Buya Marulis Tuanku Mudo.

Awalnya memang sedikit, dan itu pun warga Lubuk Pandan. Lama kelamaan, datang santriwati dari Darek, seperti dari Solok, Singgalang, Agam dan daerah lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun