Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Guru, Membuat Kita Tak Pernah Berhenti Mencari Ilmu

26 November 2021   08:39 Diperbarui: 28 November 2021   12:26 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Musyawarah guru pesantren untuk program yang banyak. (foto dok damanhuri)

Membaca guru dan membincangnya, laksana membalik lembaran buku yang tak pernah tamat. Sakit dan kecewa pasti ada, tetapi itulah cara guru memberikan nilai pada anak didiknya.

Tentu cara itu tak pula semua guru yang melakukannya. Beda guru, beda pula karakternya. Sama dengan murid yang juga beda antara yang satu dengan murid lainnya.

Guru, mulai dari orangtua sendiri. Orangtua yang menanamkan rasa. Ya, rasa apa saja. Rasa lapar, rasa sakit dan lainnya, orangtua yang paling utama dan pertama menyentuhkan ini dalam hidup dan kehidupan.

Saya merasakan orang yang paling beruntung dilahirkan dari sosok seorang ibu yang menanamkan kemandirian sejak kecil. Saya bukan anak manja. Pergi sekolah harus mengangkut jualan.

Jualan yang langsung ibu yang membuatnya. Dari uang hasil jualan itu saya bisa jajan di sekolah. Mulai dari kelas dua SD, saya diajar mengangkut dagangan keliling kampung jelang masuk kelas.

Ya, makanan. Itu tiap hari saya lakukan. Oleh ibu dikasih persentasenya, agar tumbuh motivasi dan keinginan senang melakukan jualan itu.

Sampai tamat SD, jualan pagi jelang masuk kelas itu rutin saya lakukan. Sekarang, kemandirian hidup itu tertanam kuat dalam diri. Menerima apa adanya, dan tak mudah tercelup ke pengaruh dunia.

Pulang sekolah, tak ada waktu untuk main. Makan, lanjut ke persoalan ternak. Gembala sapi sambil mencari rumput makanan sapi.

Ada banyak sapi yang saya gembalakan berdua dengan kakak saya. Sapi itu mulanya seekor, dengan bagi hasil sama kakak ibu, yang pergi merantau meninggalkan kampung halaman.

Sapi berkembang, tiap masa pertumbuhan dan perkembangannya luar biasa. Sampai-sampai rumah permanen terbuat dari hasil sapi jatah ibu, setelah dibagi dengan kakaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun