Ikatan Wirid Silaturrahim Ahlussunnah Waljamaah menggelar wirid peringatan maulid nabi di salah satu masjid di Malang, Jawa Timur, Selasa (9/11/2021). Peringatan maulid itu dilakukan dengan ceramah langsung oleh Syafri Tuanku Imam Sari Alam, Ketua Umum Ikatan Wirid Silaturrahmi Ahlussunnah Waljamaah Sumbar, dan "makan bajamba", seperti yang dilakukan di Kabupaten Padang Pariaman.
Dengan suara khasnya, Syafri Tuanku Imam Sari Alam ini memberikan siraman rohani kepada seluruh jemaah yang hadir di masjid tersebut. Sementara, di barisan paling depan di belakang mihrab masjid berjejer hidangan makanan dan minuman yang dutata rapi, berlenggek tinggi, seperti yang rutin dijumpai pada peringatan maulid nabi di Pariaman.
Ya, acara wiridnya tentu di kalangan paguyuban orang-orang Padang Pariaman dan Sumatera Barat yang ada di Malang, Jawa Timur. Sehingga ada dua ragam tradisi dan kegiatan peringatan hari besar Islam tersebut. Dan memang, Syafri Tuanku Imam Sari Alam telah berkiprah di Malang sejak beberapa waktu lalu.
Ulama muda yang juga Imam Nagari Toboh Gadang, Kecamatan Sintuak Toboh Gadang ini memberikan pengajian yang berkaitan dengan sejarah Nabi Muhammad SAW, yang jadi panutan seluruh umat Islam. "Semoga saja, acara yang kita gelar hari ini mampu memberikan berkah tersendiri," ulas dia.
"Dengan membaca sejarah nabi, mudah-mudahan kita dapat syafat di kemudian hari. Dan ini tentu bagian dari kecintaan kita kepada pemimpin umat sedunia itu," katanya.
Syafri Tuanku Imam Sari Alam menyebutkan, apa yang dilakukan nabi dulu, kini diteruskan oleh ulama. "Makanya, sanad kita dengan ulama, kiai, habaib tidak boleh terputus. Dari ulama itulah kita bisa tahu, mana yang boleh dilakukan, dan mana pula kegiatan yang terlarang dalam agama," ungkapnya.
Kepada seluruh jemaah yang merupakan perantau itu, Syafri Tuanku Imam Sari Alam tak lupa mengingat untuk selalu menjaga kekompakan, persatuan dan kesatuan, dan teguh dengan tradisi-tradisi yang pernah memasyarakat di kampung, baik secara agama maupun cara bergaul dengan masyarakat lingkungan tempat perantauan.
Mendengar ceramah Syafri Tuanku Imam Sari Alam, masyarakat perantau serasa di kampung. Maklum, bahasa khas Pariaman-nya amat kental, dan tiap sebentar jemaah dikejutkan dengan bahasa-bahasa yang nyeleneh, yang akrap dengan penuturan ala kampung. Dengan cara itulah Syafri Tuanku Imam Sari Alam membangun paguyuban di rantau.
Usai ceramah, kegiatan dilanjutkan dengan peringatan maulid dengan membaca syarafal anam. Para ulama dan tokoh yang hadir ikut berdiri, membaca bersama perjalanan nabi sejak dari awal hingga akhir.
Kebersamaan terbangun, tradisi kampung pun tak hilang. Malah bisa berkolaborasi dengan tradisi yang berkembang di Malang itu sendiri. "Orang Minang itu berprinsip, dimana bumi dipijak, di situ pula langit dijujung," kata dia berfalsafah.