Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Catatan Hari Santri Nasional, Pentingnya Menggali Sejarah Ulama Dulu

23 Oktober 2021   11:16 Diperbarui: 7 November 2021   14:04 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peringata hari santri dengan shalawat di ponpes Nurul Yaqin Ringan-Ringan. (foto shafwatul bary)

Era ini pertama kali diperkenalkan Pemerintah Jepang pada 2019, yang dibuat sebagai solusi dan tanggapan dari revolusi industri 4.0 dan dianggap akan menimbulkan degradasi manusia. 

Setelah memasuki era revolusi industri, Indonesia akan memasuki era society 5.0. Lantas apa yang perlu dipersiapkan oleh santri saat ini?

pandemi covid, disamping jadi beban berat negara saat ini dan dua tahun belakangan, juga menjadi pelajaran penting bagi kita semua.

belajar dengan bertindak cepat dan tepat. Sekarang era demikian tanpa kita tunggu telah dan akan merasuki kehidupan kita kaum santri.

berkawan dan berteman dengan tekhnologi tak mudah. Banyak negatif yang sulit untuk dihindari. Nah, santri yang selalu dibekali dengan kajian kitab standar, tentu mampu menyaring itu semua untuk kebaikannya sendiri.

Bangkit dari banyak hal. Santri harus jadi pelopor berjalannya kehidupan surau yang banyak di tengah masyarakat lingkungannya sendiri.

Padang Pariaman, Sumatera Barat jangan hanya bangga dan senang dengan banyak santri, tapi surau dan masjid di perkampungannya sepi dan sunyi dari aktivitas shalat berjemaah tiap waktu.

Dari sekian pesantren yang mencetak ulama dan cendekiawan di Padang Pariaman saat ini, ada sekitar seribuan santrinya yang bergelud dengan ilmu pengetahuan di pesantren itu.

Namun, ketika kita masuk ke perkampungan, suraunya sepi dari aktivitas keagamaan. Catatan penting bagi santri, untuk melihat fenome ini, untuk melahirkan tindakan bagaimana menghidupkan surau yang mati suri itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun