Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menjadikan Santri sebagai Arus Utama dalam Setiap Perubahan

22 Oktober 2021   08:54 Diperbarui: 7 November 2021   14:06 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peringatan Hari Santri Nasional dengan seminar di Ponpes Nurul Yaqin Al-Hidayah. (foto dok damanhuri)

22 Oktober 1945 Resolusi Jihad dikumandangkan oleh KH Hasyim Asy'ari, yang isinya setiap kaum muslimin wajib hukumnya melawan tentara Sekutu yang kembali ingin menjajah republik yang baru saja diproklamirkan kemerdekaannya oleh Bung Karno dan Bung Hatta.

Atas Resolusi Jihad itu pula, para santri bersama ulama maju tak gentar, melawan yang namanya penjajah. Ada yang gugur dalam pertempuran itu, tentu ada pula yang berhasil.

Yang jelas, secara umum perjuangan ulama dan santri serta masyarakat itu mampu menghadirkan perjuangan yang amat luar biasa hasilnya, yang kita nikmati hari ini.

Peristiwa itu amat bersejarah, terutama di lingkungan Nahdlatul Ulama, yang saat ini tentu sudah menjadi bagian dari perjuangan bangsa itu sendiri. Sehingga tanggal itu ditetapkan sebagai Hari Santri Nasional oleh Presiden Joko Widodo.

Pemerintah telah memberikan porsi yang luar biasa untuk kaum sarungan untuk terus berkreasi, bertumbuh dan berkembang dengan dinamika kitab klasiknya yang amat sesuai dengan segalam zaman.

Santri, yang kalau di Minangkabau juga disebut sebagai "orang surau" tentu menjadi bagian dari anak bangsa yang di dalam diri tertonggok kewajiban menjaga keutuhan NKRI ini.

Begitu berat tantangan kaum santri zaman dulu menghadapi zamannya yang penuh dengan intimidasi, butuh kekuatan fisik dan segala macamnya untuk bisa menang dan sukses dalam perjuang tersebut.

Hidup adalah tantangan. Butuh perjuangan. Tak terkecuali kaum santri itu sendiri. Tentu perjuangan ulama dulu bersama santrinya jadi motivasi tersendiri oleh kita santri dan ulama hari ini, untuk mempertahan kebaikan ada sejak dulu, dan mentermahkan perjuangan ulama dulu itu dengan konteks kekinian, sesuai dengan situasi dan kondisi zaman yang kita hadapi.

Tantangan sekarang, santri perpacu dengan waktu. Mari kita jadikan hari santri sebagai renungan dalam melangkah dan berbuat di tengah masyarakat lingkungan kita.

Digitalisasi kita nikmati dan kita jadikan sebagai sarana perjuangan. Jadikan itu sebagai garda depan kita dalam menumbuh-kembangkan ajaran Islam yang rahmatan lilalamin, diterima semua umat dan golongan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun