Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Refleksi Hari Santri Nasional, Ulama dan Pesantren Harus Jadi Garda Depan dalam Merubah Perilaku Masyarakat

20 Oktober 2021   13:45 Diperbarui: 20 Oktober 2021   13:47 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KH. Akhmad Khambali memberikan keterangan refleksi Hari Santri Nasional. (foto dok khambali)

Tanggal 22 Oktober merupakan hari yang paling bersejarah. Tanggal itu ditetapkan sebagai Hari Santri Nasional. Peringatan Hari Santri Nasional pertama kali ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 25 Oktober 2015 di Masjid Istiqlal Jakarta. Hal tersebut berdasarkan Keputusan Presiden (Kepres) Nomor 22 Tahun 2015.

Penetapan ini dimaksudkan untuk meneladani semangat jihad kepada para santri tentang ke-Indonesiaan yang digelorakan oleh para ulama dulunya, yang dikenal dengan Resolusi Jihad.

Hampir dua tahun sudah, Indonesia digempur virus corona. Penyakit menular ini memang bukan urusan pemerintah semata. Tapi seluruh warga bangsa, juga dunia. Semua terlibat. 

"Kepedulian sesama, menjadi jalan terbaik bersama untuk bisa keluar dari covid," ujar KH. Akhmad Khambali, Ketua Gema Santri Nusa yang juga menjabat sebagai Sekretaris Forum Kyai Muda Provinsi Sumut ini.

Menurut dia, dari setiap episode penanganan, lahirlah aneka cerita ketangguhan. Dari urusan personal hingga cara aparat negara sibuk menurunkan angka kasus covid-19 yang kian fenomenal.

Singkatnya, kata Khambali, semua mewujud pada bagaimana setiap orang, kelompok, masyarakat, bangsa dan negara mampu menjadikan tantangan di depan mata, menjadi sebagai peluang untuk membuat lompatan kemajuan.

"Mari merayakan sebuah proses menjadi tangguh untuk Indonesia.  Mari menjadikan ketangguhan, untuk bertumbuh dan maju untuk Indonesia," ulas dia.

Khambali menyebutkan, pesantren dan santri bisa jadi garda terdepan dalam mengubah perilaku warga di tengah pandemi covid.

Kyai Khambali selaku Ketua Gema Santri Nusa yang juga pengurus salah satu Banom NU menyebutkan, salah satu komponen masyarakat yang paling penting dalam penanganan covid, adalah lembaga pendidikan dan garda terdepan adalah kaum sarungan. 

Sebab, katanya, selama ini pola pengajarannya tetap tatap muka dengan Prokes super ketat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun