Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Sopir Ambulans PKDP Kota Cilegon Itu Terharu Melihat Aksi Simpati Anak Muda yang Memandu Perjalanannya di Daerah Rawan

4 Agustus 2021   11:18 Diperbarui: 4 Agustus 2021   11:42 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebenarnya jarak tempuh Cilegon, Provinsi Banten-Padang Pariaman, Sumatera Barat bisa diputuskan 18 jam perjalanan dengan ambulan. Namun, karena ada sebuah kendaraan yang mengiringi, waktu jarak tempuh bertambah sedikit, menjadi 23 jam sampai tujuan korban yang di angkut di Pasie Laweh Lubuk Alung.

Firman Daus dan Tarmizi Chaniago, sopir ambulan Persatuan Keluarga Daerah Piaman (PKDP) Kota Cilegon menceritakan kalau mereka sudah tiga kali mengangkut mayat dari Cilegon ke Sumatera Barat. 

"Dua kali ke Solok dan sekali ini ke Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman," kata mereka, Selasa (3/8/2021) di Pondok Lesehan Angin Sunua, Pondok Jambek, Gadua, Kecamatan Enam Lingkung.

Jadi, katanya, ambulan memang milik paguyuban PKDP. Tetapi, ketika sudah berhadapan dengan korban kematian, identitas demikian jadi hilang. Namun, korban warga PKDP tentu jadi prioritas utama dalam hal ini.

"Ke Pulau Jawa kami ada mengangkut mayat. Ke Solo dan Surabaya," cerita mereka dengan santainya sambil menikmati enaknya makan kepala ikan di pondok lesehan itu.

Firman Daus yang asli Jambak Lubuk Alung lama di Koto Tinggi, Enam Lingkung dan Tarmizi Chaniago yang asli Katapiang, beristrikan orang Sungayang, Kabupaten Tanah Datar ini termasuk sopir andalan ambulan milik PKDP tersebut. Mereka mengerti kerusakan dan kebaikan kendaraan yang mereka bawa.

"Kalau dapat mobil keluarga yang mengiringi kita tak tahu jalan, membuat kita lelah dan tentunya sang mayat tambah lama dalam kendaraan, yang semestinya bisa cepat dikuburkan," ungkapnya.

Seperti pengalamannya saat mengangkut mayat tentara yang meninggal di Cilegon, Minggu (1/8) dan tiba di Pasie Laweh Lubuk Alung Senin pukul 23.00 Wib, itu lantaran sebuah kendaraan keluarganya, agak kurang tahu jalan.

"Acap kita komunikasi di jalan, menanyakan sudah sampai dimana. Tahunya, karena percaya apa omongannya, kita kira mereka sudah sampai, eh tahunya masih di Silungkang, dan kita sudah masuk wilayah Padang Pariaman. Sehingga ada beberapa waktu ketinggalnya di belakang," ulas Tarmizi.

Tarmizi ingin, kendaraan yang mengiringi itu, sopirnya bermental sopir ambulan, sehingga bisa memacu laju kendaraan ambulan. Atau sama sekali tak usah pakai pengiring kalau mayat diangkut jauh seperti dari Cilegon ke Padang ini.

"Ambulan ini sudah jalan tiga tahun, sejak PKDP diketua Muharman Koto. Sekarang, Ketua PKDP Cilegon Edi Adam, yang juga sekalian Ketua PWI Cilegon," sebutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun