Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Anih dan Beruknya yang Suka Bermanja

31 Juli 2021   22:26 Diperbarui: 22 November 2021   11:33 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sepertinya beruk atau monyet kepunyaan Bilal Lahuddin itu tak mau difoto. Berkali-kali kawan wartawan menghadapkan kamera untuk di ambil momennya, beruknya selalu menghindar dan mengalihkan perhatian ke yang lain.

Namun karena sabar dan betah, akhirnya dapat juga foto saat beruk itu bermanja dengan tuannya, Anih, begitu Lahuddin disapa banyak orang di kampungnya, Koto Padang, Nagari Sikucua Barat, Kecamatan V Koto Kampuang Dalam, Kabupaten Padang Pariaman.

Dalam hidup bernagari, Anih adalah seorang Bilal. Tentunya di Masjid Raya Koto Padang, kampunya sendiri. Tiap Jumat dia tampil sebagai tukang azan di masjid itu.

Suaranya lumayan rancak dan bagus. Mungkin karena itu pula pilihan masyarakat menjatuhkan kepadanya untuk jadi tukang azan.

Di samping itu, Anih juga seorang guru mengaji di masjid tersebut. Ya, mengajar anak-anak kampung supaya bisa mengaji Quran. Seperti biasa, Ahad Subuh dia kumpulkan anak-anak itu untuk mengikuti didikan Subuh namanya.

Anih mengajar dengan riang dan gembira. Ada-ada saja bahan ceritanya untuk memberikan motivasi, sekaligus hiburan manakala agenda rutin didikan Subuh selesai.

Riang dan gembira dalam keseharian, tampak Anih terkesan orang yang lambat tua.

Supaya anak-anak jangan merasa takut, Anih punya trik tersendiri. Dia dengan senangnya bernyanyi. Nyanyi apa saja, yang penting berfaedah, dan yang mendengarkan merasa terhibur.

Di luar agenda tukang azan dan mengajar anak-anak mengaji, Anih menghabiskan waktunya dengan seekor beruk. Tak heran, kemanapun acara goronya dalam nagari itu, beruk tetap diangkutnya dengan motor bututnya itu.

Beruknya lumayan pintar. Mampu menjatuhkan ratusan kelapa dalam sehari kerja. Hanya saja, permintaan akan panjat kelapa oleh beruknya Anih tak pula berjalan mulus tiap hari.

Artinya, dalam sepekan itu ada masa-masa beruk Anih nganggur alias tak ada kerja memanjat kelapa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun