Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Moderasi Beragama Mengajarkan, Beda Pilihan Tak Mengganggu Kehadiran Negara

23 Juni 2021   08:50 Diperbarui: 23 Juni 2021   09:31 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto bersama dengan KH Yahya Cholil Staguf usai acara penguatan moderasi beragama. (foto dok armaidi tanjung)

Penguatan moderasi beragama harus terus diwujudkan untuk kepentingan eksistensi kehidupan bernegara di Indonesia.

Demikian diungkapkan Katib Aam Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama  KH. Yahya Cholil Staquf, Selasa (22/6/2021) malam di salah satu hotel berbintang di Padang, pada acara Penguatan Moderasi Beragama  di Sumatera Barat. 

Menurut Kiai Yahya, dengan adanya moderasi beragama, eksistensi negara akan terus terjamin.

"Radikalisme ditentang karena adanya keinginan merusak eksistensi negara. Kita keberatan dengan gerakan radikalisme karena hendak mengabaikan keberadaan negara. Kita boleh saja berbeda pilihan, namun jangan sampai mengganggu kehadiran negara. Kita harus taat hukum sebagai bentuk menghormati dan mentaati kehadiran negara," tutur Yahya yang menjadi salah satu inisiator pendiri institut keagamaan di California, Amerika Serikat, yang bernama Bayt Ar-Rahmah Li adDa'wa Al-Islamiyah rahmatan Li Al-alamin yang mengkaji agama Islam untuk perdamaian dan rahmat alam.

Menurut Kiai Yahya,  kelompok radikal selalu memprovokasi, membangun narasi bahkan menolak kehadiran negara dengan masalah-masalah yang terjadi dan menarik perhatian publik. 

Korupsi atau lemahnya penegakan hukum misalnya. Sehingga mereka menolak kehadiran pemerintah yang sah. Membangun narasi kepada orang-orang yang tidak puas terhadap negara dan pemerintah. Mereka yang tidak puas terhadap negara ini mudah diajak untuk mengabaikan dan menolak negara atau pemerintah.

Dikatakan Yahya, kelompok yang ingin mengabaikan negara yang sudah berdiri dengan membentuk satu pemerintahan di dunia ini tentunya akan membubarkan negara yang sudah ada. Indonesia bubar, Malaysia bubar, negara lain pun dibubarkan. Pemikiran ini berbahaya jika dibiarkan berkembang.

Untuk itu, kata Kiai Yahya, perlu kerja keras menekan jumlah orang-orang yang merasa tidak puas terhadap negara. 

"NU sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia harus berperan aktif membangun rasa percaya terhadap kehadiran negara bagi masyarakat dan umat. NU ke depan sampai ke tingkat cabang dan Majelis Wakil Cabang (MWC) harus bergerak dan berbuat sehingga kehadirannya dirasakan oleh masyarakat. Banyak yang bisa diperbuat jika masing-masing pengurus mau bekerja keras dan bersama-sama membangun masyarakat," kata Kiai Yahya yang berasal dari Rembang, Jawa Tengah kelahiran 16 Februari 1966 ini.

Kiai Yahya juga menyebutkan, moderasi beragama juga memiliki simpul di pesantren. Kemandirian pesantren dalam mengajarkan, memahami dan mempraktekkan moderasi beragama. Pesantren mewakili pandangan moderasi beragama. Itu berarti pesantren memiliki pandangan yang moderat yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. 

"Karena itu, kemampuan pesantren perlu diperluas dalam mewujudkan moderasi beragama tersebut. Perhatian pemerintah pun harus terus ditingkatkan terhadap pesantren," tutur Kiai Yahya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun