Menghadirkan diri untuk melihat bagaimana Indonesia bisa hadir bagi kita. Sehingga pengaktualisasian nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan.
Abdul Muiz Ali, Duta Pancasila menilai soal Pancasila sudah selesai. "Yang belum tuntas itu mengakui keberagaman kita, kemajemukan, sehingga timbul kelompok-kelompok yang mencoba merong-rong Pancasila itu sendiri," katanya dalam Webinar Kesaktian Pancasila yang dilakukan Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LD PBNU), Senin (7/6/2021).
Memang diakui, banyak masyarakat yang belum paham dan mengerti nilai-nilai Pancasila, apa hubungan Pancasila dengan moderasi beragama.
Pancasila adalah jalan tengah, yang ditempuh oleh pendiri bangsa, terutama dari kalangan NU.
Lewat Pancasila ini pula, disintegrasi bangsa bisa dihindari. Sungguh perjuangan yang luar biasa hebat dicetuskan oleh pendiri bangsa kita dulunya.
Di NU dikenal sebagai wasatiah, jalan tengah, titik temu antara sekian banyak pemikiran kala itu. NU, dalam beragama tak melulu lewat teks, tapi ada manhaj, ushul fiqh, dan lainnya.
Indonesia terkenal dengan nilai-nilai luhur. Misal, berantam pagi, sorenya sudah bisa duduk bersama. Beda dengan Arab, yang dari pagi sampai besoknya lagi, dan seterusnya terus berantam.
Artinya, nilai Pancasila itu sangat sesuai dengan Islam, cocok dengan agama yang dianut mayoritas warga bangsa ini.
Namun, Pancasila tak bisa dikontradiksikan dengan agama. Misalnya, kita ajukan pertanyaan, milih Quran atau Pancasila, milih Nabi Muhammad Saw atau Presiden Jokowi.
Nah, ini pertanyaan yang tak pantas. Itu kontradiksi, yang akan merusak keberagaman Indonesia yang sudah nyaman dan aman, damai dengan Pancasila.
Nilai Pancasila sama dan sebangun dengan nilai agama. Nilai Pancasila itu compatible dengan nilai agama. Tetapi Pancasila tidak bisa menjadi pengganti agama.
Dan tak bisa dibenturkan. Pancasila lahir dari nilai Islam.