Sebagai orang Siak di tengah masyarakatnya, Bustanul Arifin selalu akrap dan tahu persis dengan tradisi yang merupakan warih bajawek, pusako batarimo dari yang tua-tua dulunya, dan berlaku hingga saat ini.
Kemudian, kegiatan ini juga bagian terpenting dalam membangun budaya silaturahmi di antara sanak kemenakan, ipar besan, andan pasumandan.
"Meskipun warga kampung ini telah lebaran Kamis di kampung istrinya, misalnya, yang lebaran di kampungnya tetap pula dilakukannya, untuk kebersamaan dengan dunsanak," sebut dia.
Biasanya, kata Bustanul, setiap surau kaum itu ramai jemaah Shalat Id, karena perantau banyak dan umumnya berlebaran di kampung. Tapi kali ini, perantau minim, bahkan tak ada yang pulang kampung lantaran pandemi covid.
Namun demikian, ujar dia, nama perantau ada juga yang tersebut dalam mencari uang infak saat Shalat Id.
"Berdoncek dengan sato sekaki dalam pastabiqul khairat, ada sejumlah perantau tak pulang, tapi dia berkirim uang saja untuk kelanjutan pembangunan surau," ujarnya.