Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Melihat Tradisi Mengaji Pusaro

11 April 2021   21:46 Diperbarui: 11 April 2021   21:49 1187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengaji pusaro di salah satu pandam pekuburan di Kecamatan Lubuk Alung. (foto dok Facebook aljufri mj)

Dan yang tak kalah penting itu, mengingatkan kita semua, bahwa yang namanya hidup itu akan berakhir dengan kematian. Semua manusia dan yang bernyawa pasti akan merasakan yang namanya kematian.

"Mengaji pusaro, ya sekalian kita ingat-ingat jualah kematian. Mungkin hari ini kita mengajikan sanak famili kita yang duluan meninggalnya. Tahun depan, atau bulan depan, atau beberpa tahun lagi, giliran kita yang akan dikajikan orang seperti ini," ungkap orang Siak itu.

Bagi masyarakat yang tinggal di luar daerah Padang Pariaman, terutama di Sumbar momen ini sengaja dia pulang kampung. Apalagi kalau tak ada dunsanak kandung lagi di kampung, dia akan merasa terpanggil pulang hanya untuk hajatan mengaji pusaro.

Yang lebih menggairahkan dari mengaji pusaro, adalah makan bersama dengan hidangan ala kadarnya. Makan nasi tungkus daun, tentu menjadi khas tersendiri di pandam pekuburan tersebut.

Dalam satu nagari itu ada banyak pandam pekuburan. Kalau di Kecamatan VII Koto Sungai Sariak, itu seluruh suku yang ada punya pandam pekuburan tersendiri. Dan setiap pandam itu melakukan mengaji pusaro. Kadang satu suku bisa dua, sampai empat pandam pekuburan saking besarnya suku itu dalam sebuah nagari.

Boleh dibilang, mengaji pusaro adalah kekayaan tradisi masyarakat Padang Pariaman yang dibungkus dengan nilai-nilai keagamaan. Mungkin sama juga dengan tradisi Maulid Nabi Muhammad SAW dengan badikie dan malamang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun