Mohon tunggu...
mohammad mustain
mohammad mustain Mohon Tunggu... penulis bebas -

Memotret dan menulis itu panggilan hati. Kalau tak ada panggilan, ya melihat dan membaca saja.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Prematur, Isu Pencapresan Jenderal Gatot Nurmantyo

7 Maret 2017   22:50 Diperbarui: 8 Maret 2017   08:00 2180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhir November tahun lalu, ada K'er yang menulis artikel dengan judul “Jokowi, waspadai terhadap ‘Kuda Troya’ JK dan Gatot Nurmantyo”. Artikel ini yang lantas dihapus oleh admin, jelas sangat tendensius mengadu domba Jokowi dengan panglima TNI dan wapres. Reaksi TNI cukup cepat dan tegas bahwa opini itu tidak benar dan merusak citra dan nama baik institusi TNI serta meresahkan masyarakat Indonesia.

Artikel ini hanyalah salah satu artikel yang berisi opini yang membenturkan panglima TNI dengan Presiden Jokowi. Sebelum ada artikel itu,  juga sudah ramai jadi isu di medsos tentang manuver Panglima TNI yang dikesankan mengambil kesempatan dalam kesempitan dalam situasi ketegangan politik akibat demo-demo dan perang konferensi pers atas kasus Ahok. 

Isu yang digoreng saat itu adalah Doa Bersama yang diselenggarakan 18 November 2016 dan Apel Nusantara Bersatu yang diselenggarakan 30 November 2016. Selain itu, safari panglima TNI ke kampus-kampus juga dijadikan dasar gorengan untuk menunjukkan ambisi Jenderal Gatot Nurmantyo.

Panglima TNI Gatot Nurmantyo juga dipuji-puji sebagai calon pemimpin dan layak jadi capres pada pilpres 2019. Isu ini ditambah lagi dengan isu adanya keretakan hubungan antara Jokowi dan Gatot Nurmantyo. Bahkan muncul isu, Jokowi akan segera mengganti panglima TNI. Namun, semua isu terbantah dan hubungan Jokowi dan  Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo tetap harmonis hingga kini.

Kini, setelah tiga bulan lebih berlalu, setelah goro-goro aksi demo dan sejenisnya yang dimotori Riziek Cs dan bolo Kurowonya itu mulai mereda, ternyata ada lagi yang mencoba menggoreng isu ini. Sama seperti dulu, Gatot Nurmantyo kali ini juga dinilai layak maju sebagai capres bahkan lebih layak dibanding Prabowo atau Jokowi.   

Sah saja orang mau beropini seperti itu. Tetapi masalahnya Jenderal Gatot Nurmantyo masih aktif sebagai panglima TNI hingga setahun ke depan. Adalah tidak etis mengusik seorang jenderal yang masih terikat sumpah jabatan dan kesetiaan kepada panglima tertinggi TNI, dengan persoalan pencapresan. Ini bukan sekedar menyangkut persoalan sensitif, tetapi juga tidak layak dilakukan.

Oleh karena itu wajar sekali jika motif pembuat isu dan opini pencapresan Gatot Nurmantyo itu dipertanyakan.  Selain bermuatan politis, karena terlalu naif muncul isu pencapresan tanpa ada muatan politis di baliknya, isu ini bisa  dinilai berpotensi merenggangkan hubungan Gatot Nurmantyo dengan Presiden Jokowi. Jadi, target apa yang hendak diraih dengan penulisan opini seputar pencapresan itu?

Tetapi baiklah, jika memang isu itu nantinya dinilai merugikan dan bisa merusak institusi TNI terkait hubungan panglima dengan presiden, pasti akan muncul reaksi seperti saat opini berjudul "Kuda Troya’ JK dan Gatot Nurmantyo” ditulis akhir November tahun lalu. Meskipun begitu, isu pencapresan itu lepas dari reaksi TNI nanti, jelas kurang etis dilontarkan saat ini.

Yang pasti hingga saat ini, masih setahun lebih waktu yang tersisa hingga saat Jenderal Gatot Nurmantyo pensiun nanti. Waktu yang relatif panjang bagi pengabdian seorang TNI yang seharusnya dihargai dan dihormati oleh pihak luar. Selain itu, hingga saat ini juga belum pernah ada pernyataan secara langsung dari Gatot Nurmantyo soal niat maju sebagai calon presiden.

Adalah hak seorang Gatot Nurmantyo untuk maju sebagai capres atau tidak usai pensiun setahun mendatang. Namun, kini dia hingga setahun mendatang adalah seorang panglima TNI dengan tugas dan tanggung jawab khusus, yang tak boleh dibelokkan dengan manuver isu pencapresan semacam itu.

Si pembuat isu seharusnya harus lebih cerdas lagi, bahwa cara-cara merusak hubungan panglima TNI dengan presiden Jokowi semacam itu sudah tidak mempan. Bisa jadi, kasus kewenangan penyusunan anggaran pembelian alutista, yang disebut mengecawakan Jenderal Gatot itu, ikut jadi bagian pertimbangan diluncurkannya isu ini. Namun, Gatot bukanlah orang yang mudah terprovokasi dan jelas profesional dalam bertindak dan bersikap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun