Mohon tunggu...
mohammad mustain
mohammad mustain Mohon Tunggu... penulis bebas -

Memotret dan menulis itu panggilan hati. Kalau tak ada panggilan, ya melihat dan membaca saja.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Apa Benar Fadli Zon Telah Minta Maaf?

17 Februari 2019   13:17 Diperbarui: 17 Februari 2019   13:32 1622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fadli Zon memang layak disebut cerdik, meski sah juga dinilai sebagai orang yang mau menang sendiri, mudah merendahkan dan menghina orang lain, dan licik. Itulah kesan saya setelah membaca berita tentang Fadli Zon minta maaf dan hendak datang ke Mbah KH Maimoen Zubair.

Dia memang minta maaf tetapi tetap tidak mau mengaku bersalah. Sebaliknya, dia menuduh orang lain telah memelintir makna puisinya itu sehingga dia dituduh menistakan Mbah Moen.

Dalam dunia persilatan ala pendekar 212, langkah Itu kan mirip-mirip jurus "kunyuk merunduk sambil melempar tai". Dia menunduk dengan berucap akan sowan dan minta maaf, namun mulutnya melempar tuduhan ke pihak yang menilai puisinya itu telah menistakan Mbah Moen, sebagai pemelintir dan pemfitnah. Hebat kan Fadli Zon. 

Jadi semua yang mengkritisi puisinya sehingga pada kesimpulan Fadli Zon telah menistakan Mbah Moen itu "tukang pelintir". Sungguh tuduhan yang "indah" dan "bermartabat". Kalau sudah begini, orang waras dan berakal sehat pastilah bisa dibuat bingung dan garuk-garuk kepala. 

Nah, dalam deretan orang,-orang yang secara tidak langsung dituduh sebagai tukang pelintir itu tentunya ada nama Alissa Wahid putri Gus Dur, ada penyair Krisna Pabichara, ada banyak kiai, ada banyak santri, sampai ke Mahfud MD yang menilai "puisi" Fadli Zon itu menistakan Mbah Moen.

Baiklah, kita tengok dulu berita soal Fadli Zon minta maaf dan mau mengunjungi Mbah Moen itu, sebagaimana diwartakan detik.com dengan judul "Fadli Zon Minta Maaf ke Mbah Moen karena Dampak Puisi 'Doa yang Ditukar'". Sebuah berita yang memuat alasan dan penjelasan Fadli Zon. [1]

Ada sepuluh poin yang dikemukakan Fadli Zon. Namun saya akan menyoroti beberapa saja yang lebih dekat dengan permasalahan ini. Pertama, soal latar belakang lahirnya puisi itu. Fadli Zon menyatakan sangat menghormati KH Maimoen Zubair. Dia tidak rela melihat beliau diperlakukan tidak pantas hanya demi memuluskan ambisi politik seseorang ataupun sejumlah orang. Inilah yang mendorongnya menulis puisi itu.

Kedua, secara bahasa dia menyebut puisi itu tidak rumit. Bahasanya sengaja dibuat sederhana agar dipahami luas. Hanya ada tiga kata ganti dalam puisi tersebut, yaitu 'kau', 'kami' dan '-Mu'. Dalam bait ketiga, dia memberikan atribut yang jelas mengenai siapa 'kau' yang dimaksud oleh puisi tersebut. Ketiga, ada yang memelintir seolah kata ganti 'kau' dalam puisi tersebut ditujukan kepada KH Maimoen Zubair. Itu dinilainya mengada-ada dan bentuk fitnah. 

Keempat, keluarga KH Maimoen Zubair, melalui puteranya, KH Muhammad Najih Maimoen, telah memberikan penjelasan bahwa dia menerima klarifikasi bahwa kata ganti 'kau' memang tidak ditujukan kepada KH Maimoen Zubair. Tanpa klarifikasi dari Fadli Zon, KH Muhammad Najih, disebutnya telah berpandangan jika kata ganti 'kau' memang ditujukan kepada orang lain, bukan Mbah Moen. KH Muhammad Najih disebut Fadli Zon menyatakan jika aksi massa yang telah menggoreng isu ini bukan berasal dari kalangan santrinya, melainkan digoreng oleh pihak luar. 

Itulah poin-poin yang saya anggap penting. Sebelum membahas pembelaan diri Fadli Zon, ada baiknya kita tahu dulu siapa KH Muhammad Najih, yang disebut dalam pembelaan diri Fadli Zon. Beliau adalah putra kedua KH Maimoen Zubair yang sering disebut pendukung Prabowo. Sementara putra Mbah Moen yang lain Wagub Jateng Taj Yasin Maimoen disebut mendukung Jokowi.

Taj Yasin sendiri pernah menyatakan bahwa banyak santri Mbah Moen yang marah atas "puisi" yang dinilai menistakan dan merendahkan ulama sepuh itu. Dari sini, penjelasan Fadli Zon itu bisa menimbulkan kesan "adu domba".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun