Mengapa Beberapa Orang ada yang Anti Sains dan Bagaimana Mengubah Pikiran Mereka ?
Sepanjang sejarah, para ilmuwan telah menghadapi resistensi dan penentangan pada saat pernyataan mereka berpotensi mengganggu status quo atau mengancam kepentingan individu atau institusi yang berkuasa.Â
Lembaga keagamaan, misalnya, berusaha menyensor temuan yang bertentangan dengan dogma resmi, sementara kelompok bisnis mendanai proyek untuk meragukan data yang mengungkapkan potensi bahaya produk mereka. Politisi dan tokoh publik lainnya di Amerika Serikat telah menggunakan retorika yang merusak kepercayaan orang tidak hanya pada sains tetapi juga dalam upaya akademik lainnya, memengaruhi budaya anti-intelektualisme dan ketidakpercayaan yang tumbuh pada otoritas ilmiah. Pada tingkat individu, orang sering berjuang untuk menerima informasi yang menantang keyakinan mereka sebelumnya, menyebabkan mereka tidak nyaman, atau memerlukan penilaian ulang aspek fundamental dari pandangan dunia mereka.
Karena internet telah memungkinkan misinformasi menyebar lebih jauh dan lebih cepat, gerakan antisains semakin berpengaruh dalam politik AS dan kehidupan sehari-hari. Sentimen anti-sains muncul dalam penolakan iklim, kampanye anti-vaksinasi, revisionisme Holocaust, promosi teori konspirasi, dan pembelaan terhadap supremasi kulit putih dan patriarki.Â
Politisi telah menggunakan argumen anti-sains untuk mengajukan undang-undang yang mengancam keselamatan dan hak-hak sipil perempuan, anggota komunitas LGBTQ+, dan kelompok terpinggirkan lainnya. Anggota komunitas ilmiah berpendapat bahwa pengaruh anti-sains yang tumbuh pada akhirnya dapat mengakibatkan Amerika Serikat mengurangi atau kehilangan posisi kepemimpinannya di dunia dan menderita penurunan budaya dan teknologi secara keseluruhan.
Latar belakang
Banyak karakteristik sains modern berasal dari Revolusi Ilmiah, suatu periode di Eropa antara abad keenam belas dan kedelapan belas di mana para ilmuwan mulai mengembangkan metodologi eksperimen dan observasi yang tetap menjadi praktik standar pada abad kedua puluh satu.Â
Selama periode ini, banyak orang memandang sains sebagai ilmu sihir, dan Gereja Katolik terbukti menjadi hambatan besar bagi para ilmuwan yang ingin berbagi teori dan penemuan baru.Â
Misalnya, astronom Polandia Nicolaus Copernicus membuktikan pada tahun 1543 bahwa Bumi dan planet-planet lain mengorbit matahari, bertentangan dengan anggapan umum bahwa matahari mengorbit mengelilingi Bumi. Gereja Katolik menganggap ide ini sangat mengancam sehingga mencap teori tersebut sebagai bid'ah pada tahun 1616. Larangan tersebut menyebabkan pengadilan tahun 1633, hukuman, dan tahanan rumah astronom Italia Galileo Galilei, yang menggunakan teori tersebut dalam karyanya sendiri.
Pusat Revolusi Ilmiah adalah pengejaran kebenaran dan keyakinan dalam pemikiran sistemik. Citacita ini mengilhami Pencerahan Eropa, sebuah era selama abad ketujuh belas dan kedelapan belas di mana para filsuf merayakan alasan atas takhayul dan mengusulkan penerapannya dalam mendefinisikan kembali tatanan sosial.Â