Mohon tunggu...
Dail Maruf
Dail Maruf Mohon Tunggu... Guru - Ketua Yayasan Semesta Alam Madani Kota Serang

Guru pembelajar, motivator, dan penulis buku dan artikel

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mahir Bicara di Depan Publik

23 Januari 2023   14:21 Diperbarui: 23 Januari 2023   14:24 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Mahir Bicara di Depan Publik Karena Pembiasaan


Mengingat masa SMA sewaktu saya sekolah di MAN 2 Serang, terkadang merasa malu sendiri. Karena di zaman itu saya masih sangat pemalu dan tak berani bicara di depan kelas apalgi jika di panggung dan di lapangan upacara. Lebih baik bayar denda karena tak mau maju daripada harus maju karena memang rasa malu akibat kurang percaya diri.

Saat di terima di IKIP Jakarta jalur PMDK tahun 1996 yang merupakan pelopor dari MAN 2 Serang yang diterima di PTN saya merasa senang namun ada rasa khawatir karena tak berani bicara di depan publik. Jika bicara secara personal atau mengobrol dengan 1 atau 2 orang sangat piawai bahkan mendominasi, namun saat diminta maju untuk ke depan kelas atau naik podium langsung cari beragam alasan.

Untunglah saya bergabung di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang bagi saya merupakan berkah hidup yang sangat saya syukuri. Di organisasi ini saya bisa bertemu banyak orang hebat dari segi intelektual, sosial dan spiritual serta punya skill communication yang kren. Bisa dikatakan singa podium, ada senior bernama Ubedillah Badrun, ada Hartini Nara, ada Yasnita Yasin, ada Ahmad Muzakir, Erfi Firmansyah, Rusmarni Rusli dan lainnya.

Nama- nama tersebut sangat viral di kalangan aktivis mahasiswa karena kecerdasan dan kepiawainannya dalam bicara di depan public. Saya hanya bisa berdecak kagum saat menyaksikan mereka tampil jadi narasumber atau berdebat dalam sebuah seminar mahasiswa. Dalam hati, saya berdoa semoga saya kelak mahir bicara seperti mereka.

Pasca lulus dari Basic Training  HMI koorkom IKIP Jakarta, saya kerap hadir di kajian pekanan yang di adakan di Mess Attaqwa dan semakin akrab dengan para senior yang saya kagumi. Saya pun memberanikan diri bertanya bagaimana agar berani bicara di depan public?.  Bang Ubedillah Badrun dan Bang Erfi Firmansyah malah tertawa. Saya heran dan bertanya : " emang pertanyaan saya lucu?.

Mereka jawab : "iya sangat lucu, kamu kan bisa bicara dan lancar, ya tinggal berani dan pede saja, maju bicara di depan teman-teman.  Hilangkan rasa tidak pede, bahwa apa yang dibicaraakan tak menarik dan tak berguna, rubah dengan keyakinan bahwa apa yang kamu bicarakan itu menarik dan bermanfaat.  Mulailah latihan di depan cermin, di kamar mandi dan segera praktekan jika ada kesempatan untuk maju di depan teman-teman.

Tahun kedua atau semester 3 kuliah di UNJ, saya pindah ke Panti Asuhan Yatim Piatu Putra Mulia Jakarta Timur, karena tuntutan harus menjadi kakak asuh bagi 5 anak yatim maka saya pun beranikan diri dan pede saja membimbing adik-adik anak panti yang usianya masih SD. Mulai dai mengajari Iqro,  membantu mengerjakan tugas/ PR, mendongeng jelang tidur malam dan kadang malah ngisi kultum ba'da solat magrib atau solat subuh.

Tahun ketiga atau semester 5 saya pindah ke Asrma Mahasiswa Sunan Gunung Jati di Jalan Bunga No. 21 Matraman Jakarta Timur, disinilah saya berubah menjad pribadi yang yang 180 derajat berbeda dengan sebelumnya. Di Asrama ini ada 15 teman dari berbagai daerah se Indonesia mulai dari Idris orang Aceh hingga Jakfar dari Makasar ada. Persyaratannya selain mengajukan lamaran, berasal dari luar daerah DKI, juga siap mentaati aturan Asrama.

Dari sekian aturan yang ada, bagi saya semuanya positif dan bermanfaat. Aturan awal bagi warga yang diterima sebagai warga percobaan adalah harus membangunkan semua warga untuk solat subuh berjamaah. Ada dua manfaat dari aturan terseut pertama berani dan harus sabar. Aturan kedua harus mau mengumandangkan adzan tanpa alasan. Manfaatnya kita harus pede saja dengan apapun suara kita saat adzan.

Aturan ketiga harus mau maju mengisi Kultum ba'da subuh berjamaah sesuai jadwal, dan siap jadi badal atau pengganti jika ada warga yang dapat giliran namun berhalangan atau taka da di Asrama. Manfaatnya adalah agar terbiasa bicara di depan public meskipun hanya 1 atau 2 menkit, namun keberanian bicara di deman teman- teman itulah tujuan utamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun