Mohon tunggu...
Dahlia Silitonga
Dahlia Silitonga Mohon Tunggu... Guru - Senang belajar dan menulis

Anak pertama dari 4 bersaudara, sayang keluarga, senang jalan jalan, menulis dan bernyanyi.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Inovasi Penanganan Stunting

1 Juli 2022   19:00 Diperbarui: 1 Juli 2022   19:02 671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Inovasi bukan merupakan kata yang asing didengar oleh masyarakat umum. Inovasi tidak selalu identik dengan metode atau alat berteknologi tinggi. Menggunakan apa yang ada disekitar kita termasuk inovasi seperti pepatah mengatakan tak ada rotan, akar pun jadi. 

Berbagai pakar memberikan definisi berbeda pada kata Inovasi namun muaranya adalah memberikan ide baru yang menjadi solusi terhadap suatu permasalahan yang ada, misalnya pemanfaatan teknologi digital ketika membeli pertallite dan solar yang menjadi isu saat ini.

Stunting atau kegagalan tumbuh tumbuh kembang anak merupakan program kesehatan masyarakat prioritas Indonesia. Kita memiliki prevalensi angka stunting sebesar 37.2% pada tahun 2013 (Riskesdas 2013) dan pada tahun 2018, penurunan prevalensi angka stunting menjadi 30,8%. 

Adapun kejadian kasus stunting yang dihadapi batita dan balita dapat disebabkan oleh berbagai faktor pemicu seperti gizi saat ibu hamil, kondisi sanitasi yang buruk, kesakitan pada bayi, kurangnya asupan gizi pada bayi hingga kondisi sosial ekonomi dari masyarakat. Dua faktor determinan penting kejadian stunting adalah permasalahan gizi dan kesehatan lingkungan. 

Banten merupakan provinsi dengan prevalensi angka stunting sebesar 29.6% pada tahun 2018 (Riskesdas 2018). Permasalahan utama kejadian stunting di provinsi Banten akibat faktor ekonomi masyarakat, kesehatan ibu dan ketersediaan jamban atau toilet. 

Inovasi yang berfokus pada permasalahan stunting dari aspek kesehatan lingkungan adalah menyediakan jamban, memberikan edukasi menggunakan jamban yang tepat, merawat fasilitas jamban yang sudah tersedia dan mengembangkan nilai ekonomi dari jamban. 

Ketersediaan jamban telah didukung melalui program swadaya masyarakat dan PUPR membangun jamban di desa. Kegiatan edukasi menggunakan jamban telah dilakukan melalui pendampingan masyarakat. Perlunya kesadaran masyarakat memelihara fasilitas jamban yang tersedia.

Limbah hitam atau biasa dikenal dengan kotoran manusia dan cairan air rumah tangga merupakan sesuatu yang tidak sehat dan tidak memiliki nilai ekonomi. 

Tetapi ketika limbah hitam dimanfaatkan melalui sistem pengolahan infrastruktur limbah hitam terintegrasi (sewerage system) menjadi biogas maka menghasilkan nilai ekonomi bermanfaat bagi masyarakat setempat, seperti energi listrik ramah lingkungan berskala rumah tangga. 

Penulis dan hasil karya (Dokpri)
Penulis dan hasil karya (Dokpri)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun