Mohon tunggu...
Dahlia Abdullah
Dahlia Abdullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - IRT, Agen HNI HPAI, Belajar Menjadi Penulis

Moto Hidup Adalah Jangan Pernah Menyerah Untuk Bergerak Maju, Walau Sekecil Apapun Langkahmu Yang Terpenting Kau Terus Bergerak Maju.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Wanita Sempurna, Bagaimana Kriterianya?

17 April 2021   13:26 Diperbarui: 17 April 2021   14:00 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Menonton sinetron berjudul Buku Harian Seorang Istri yang tayang di SCTV. Sinetron ini mengisahkan tentang Nana (Zoe Jackson) yang terpaksa menikah dengan Dewa Buana (Cinta Brian) karena permintaan Wawan (Umar Lubis), sang ayah. Namun pernikahan mereka tidak berjalan mulus seperti yang diidam-idamkan oleh Nana. Dewa, yang merupakan penerus Buana Corp.,perusahaan yang didirikan ayahnya, terpaksa menuruti keinginan Wawan karena tidak mau dipenjara karena telah menabrak Wawan. Dikisahkan, Farah yang merupakan ibu dari Dewa Buana menyetujui dan memilih Nana sebagai istri dari putranya karena melihat Nana sebagai wanita yang sempurna untuk anaknya. Lembut, cantik, pandai mengurus suami dan rumah tangganya dan juga pandai memasak. 

Namun, kemudian dikisahkan Nana mengalami kecelakaan yang mengakibatkan satu ovariumnya harus diangkat, sehingga kemungkinannya untuk mempunyai anak hanya tinggal tiga puluh persen saja. Karenanya Ibu Farah langsung mengatakan bahwa Nana bukan lagi seorang wanita yang sempurna karena tidak bisa memberikan keturunan untuk putranya. Nana sendiri juga menganggap dirinya bukan wanita yang sempurna untuk suaminya, dia merasa tidak pantas menjadi istri dari suaminya. 

Melihat sinetron ini, seolah kesempurnaan seorang wanita hanya ditentukan oleh kemampuannya untuk hamil dan melahirkan keturunan. Seorang wanita yang tadinya dianggap  sempurna, kemudian tiba-tiba menjadi tidak sempurna hanya karena kehilangan satu ovariumnya. 

Dalam masyarakat kita, banyak wanita yang mengalami hal ini. Dan yang menyedihkan, ketidaksempurnaan itu bukan dinyatakan oleh kaum pria saja  tetapi juga oleh kaum wanita itu sendiri. Dengan kejam, mereka menyudutkan para wanita yang tidak bisa mempunyai keturunan. Padahal keputusan untuk satu pasangan mempunyai anak atau tidak seratus persen adalah hak prerogatif Allah SWT. 

Bila kesempurnaan seorang wanita hanya ditentukan oleh bisa atau tidaknya dia mempunyai anak, maka bagaimana dengan kualitas lainnya?  Apakah seorang wanita yang dikaruniai banyak anak tapi tidak bisa mengurus rumah tangganya dan tidak mampu berperan sebagai istri yang baik, tetap dikatakan sebagai wanita yang sempurna?

Sebenarnya bagaimana, sih, kriteria seorang wanita yang sempurna menurut agama Islam? Menurut Rasulullah SAW dalam haditsnya, wanita yang sempurna sebagai istri adalah:

Yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, taat jika diperintah suaminya dan tidak menyelisihi suami dalam diri dan hartanya dengan apa yang dibenci suaminya." (HR. An Nasa'i, shahih)

Wanita yang menyenangkan jika dipandang suaminya bukanlah semata soal kecantikan fisik. Tetapi ini lebih pada inner beauty, kecantikan yang bersumber dari dalam jiwa. Ada pancaran keikhlasan di wajahnya, ada pancaran rasa syukur hidup sebagai istri bagi suaminya.

Wanita yang paling baik adalah wanita yang mentaati suaminya ketika diperintah. Sepanjang perintah itu tidak bertentangan dengan syariat Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Wanita terbaik adalah, dia yang menjaga kehormatan dirinya dan menjaga harta suaminya terutama ketika suaminya sedang pergi. Ia senantiasa menjaga pesan suami dan tidak melanggar hal-hal yang dibencinya. Dan juga wanita yang menjaga kehormatan diri sebagai muslimah dan sebagai seorang istri dan juga menjaga tata pergaulan dalam Islam.

Jadi para wanita janganlah berkecil hati bila tidak dikarunia seorang anak, karena hak untuk memberikan atau tidak memberikan anak hanya milik Allah semata dan tidak ada urusannya dengan kesempurnaan kita sebagai wanita. 

(Ed. Dina Ananti)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun