Mohon tunggu...
Dahlia Abdullah
Dahlia Abdullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - IRT, Agen HNI HPAI, Belajar Menjadi Penulis

Moto Hidup Adalah Jangan Pernah Menyerah Untuk Bergerak Maju, Walau Sekecil Apapun Langkahmu Yang Terpenting Kau Terus Bergerak Maju.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Budayakan Membaca untuk Mencegah Cyberbullying

15 April 2021   11:34 Diperbarui: 15 April 2021   11:40 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pernah dengar pepatah yang mengatakan mulutmu harimaumu? yang kurang lebih artinya perkataan yang keluar tanpa dipikirkan terlebih dahulu akan merugikan kita sendiri. Seringkali apabila seseorang emosi, kata-kata yang keluar dari mulutnya tidak dipikirkan terlebih dahulu apakah itu menyakitkan bagi orang lain atau tidak. Perkataannya semacam pelampiasan dari emosinya, walau setelah emosinya mereda, penyesalan sering muncul, tetapi perkataan yang telah terlanjur keluar dan terlanjur didengar lawan bicaranya tidak dapat ditarik kembali. 

Biasanya, bila kita  ingin mengetahui perasaan sebenarnya dari seseorang adalah dengan mendengarkan perkataannya ketika dia sedang emosi atau marah. Kenapa? Karena perkataannya jujur keluar dari hatinya tanpa disaring terlebih dahulu oleh otaknya.

Pada saat ini, di mana media sosial sangat berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, ternyata ada yang lebih kejam dari mulut, yaitu jari jemari. Dapat dengan mudah kita temui komentar-komentar yang positif mendukung, yang "nyeleneh", yang bernada miring, yang menghina  bahkan komentar yang bernada mengancam sekalipun. Faktor kebebasan berpendapat benar-benar dimanfaatkan oleh sekelompok orang untuk mengomentari orang lainnya.

Media Sosial menjadi seperti dua sisi mata uang, di satu sisi menjadi wadah berkomunikasi yang mempunyai berbagai manfaat, di sisi lainnya menjadi wadah cyberbullying atau tempat yang sangat tidak aman dan tidak nyaman. Cyberbullying merupakan perilaku berulang yang ditujukan untuk menakuti, membuat marah, atau mempermalukan mereka yang menjadi sasaran.

Sering kali para pelaku cyberbullying ini sangat sadar dalam melakukan aksinya, mereka bisa dengan sangat kompak dan gagah berani menuliskan komentar-komentar bernada menghina pada orang atau kelompok yang tidak mereka sukai. Banyak contoh nyata yang bisa kita lihat seperti dalam kasus perceraian artis, kasus perselingkuhan artis, atau juga kasus-kasus "mendunia" seperti yang baru-baru ini terjadi kasus netizen Indonesia melawan Microsoft atau kasus netizen Indonesia melawan BWF.

Adakah bedanya antara bullying dalam pergaulan dunia nyata dengan cyber bullying dalam dunia Maya? Bagi orang yang dibully sama menyakitkan dan menakutkannya. Namun Cyberbullying ini dampaknya bisa lebih besar karena jangkauan media sosial yang lebih luas. 

Seringkali komentar-komentar yang dituliskan tidak berdasarkan informasi yang akurat, hanya berdasarkan dugaan, sangkaan atau "kata orang". Kita seringkali malas untuk mencari dan menggali informasi yang sesungguhnya ataupun kita kadang- kadang malas untuk membaca fakta atau rangkaian kejadian yang sesungguhnya. Hanya berdasarkan satu dua kalimat saja, kesimpulan bisa langsung  ditarik dan beranggapan bahwa itulah fakta yang sebenarnya terjadi dan parahnya kita berkomentar berdasarkan kesimpulan tersebut.

Malas membaca ini juga menjadi salah satu faktor mengapa berita hoax ataupun pesan berantai di media sosial mudah berkembang. Jari jemari bergerak begitu lincah meneruskan berita yang belum diperiksa kebenarannya atau bahkan yang baru dibaca judulnya saja. 

Dalam dunia periklanan, fakta malas membaca ini mudah sekali ditemui. Coba saja lihat contoh satu iklan di media sosial apapun. Dalam iklan itu sudah disebutkan bila ingin mengetahui spesifikasi barang yang dijual silakan klik linknya, lengkap dengan link yang dimaksud. Bila  di klik, link tersebut sudah lengkap dan jelas  spesifikasi barang yang diiklankan baik harganya, ukuran beratnya, pengiriman dari mana  dan informasi pendukung lainnya. Namun, coba perhatikan kolom komentar yang ada di bawah iklan tersebut. Komentar-komentar yang muncul berisi pertanyaan yang jelas sekali dituliskan tanpa membaca dengan lengkap iklan tersebut. 

Malasnya membaca informasi yang lengkap dan lincahnya jari jemari dalam menuliskan kata-kata komentar  pada sebagian besar masyarakat kita, menurut opini saya sudah pada tahap yang cukup memprihatinkan. Hilangnya rasa empati dan rasa sungkan dalam berkomentar buruk terhadap orang lain memperparah keadaan ini. Generasi muda dibuat terbiasa dengan keadaan bahwa menghina orang lain adalah hal yang biasa-biasa saja dan lumrah terjadi.

Meningkatkan budaya membaca sedikit banyak bisa membantu kita dalam mendapatkan informasi yang benar dan akurat. Dengan banyak membaca, pemahaman akan satu kejadian bisa lebih luas dan menyeluruh. Dengan pemahaman yang baik, diharapkan bisa menjadi rem bagi jari jemari dalam melaksanakan aksinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun