Mohon tunggu...
Dahlan Khatami
Dahlan Khatami Mohon Tunggu... Lainnya - blablablabla

Hanya menulis yang terlintas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tulisan yang Diperdebatkan

19 Juni 2022   11:24 Diperbarui: 19 Juni 2022   11:41 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Saatnya membuka lembaran baru dalam buku lama", berbicara dengan serius. Dengan nada datar, "menulis lembar baru dalam buku lama bukanlah menulis lembar baru namun hanya meneruskan lembar lama". Matanya melirik pada percakapan dua orang di sebelahnya. "Apakah lembar baru ataupun lembar lama tulislah di lembar sekarang juga. Tuliskan apapun yang dialami karena dalam tuliskan semua tersimpan dan dapat dipelajari kembali. Bahkan melanjutkan sebuah pelajaran", berucap dengan penuh kesederhanaan.

Kipas angin berputar mengingatkan pada kemedi putar, Masa-masa tanpa beban. Dan hanya ada satu hal yaitu bermain. Orang-orang berlalu-lalang tanpa memperhatikan percakapan tersebut. "Bertumpuk-tumpuk buku yang telah dibaca. Menipiskan buku yang tebal dengan catatan", berkata perempuan berkemeja putih. "Namun untuk apa semua itu?" lanjut dirinya dengan bertanya. Pertanyaannya menimpali percakapan. 

"Mengisi bekal dengan perbuatanku", kata pria yang menyahuti percakapan. "Lembar sekarang berisikan pengalaman hari ini. Kemudian aku menggunakan catatan dari buku sebagai alat analisaku. Aku mendapatkan pelajaran yang berharga dari sana", kata pria berkacamata kotak.


Membicarakan lembaran bukan perkara baru atau lama. Orang membicara kata "lama" seolah sudah tidak ada. Sementara kata "baru" seolah sesuatu yang jauh. Dan memberi harapan di hari esok. Kata "sekarang" menjadikan sesuatu sangat dekat dan sega sesuatu sangat mungkin dilakukan bahkan terjadi. 

Waktu "sekarang" yang menentukan waktu "esok" dan memperbaiki waktu "kemarin yang telah terjadi. "Menulis semua yang dilihat dan menceritakannya kemudian mendapat pelajaran berharga dari tulisan sendiri? Aku menuliskan itu semua hanya untuk mengenang apa yang aku lalui. 

Di dalam tulisan itu tidak hanya ada logika bahasa namun rasa. Rasa yang tersimpan di dalamnya tidak pernah lekang oleh waktu", perempuan berkemaja putih dengan rokok di tangan. Bunyi mesin kopu bergemuruh menggiling biji-biji kopi. Penjaga kopi bergaul dengan cangkir dengan akrab sementara temannya mengelap meja.

Ketika selesai ia berdiri dekat kasir. Untuk melayani siapapun yang ingin memesan. "Semua tulisan berakhir menjadi debu, termakan rayap, hampir terlupakan dan hanya beberapa yang memiliki ingatan tentangnya. Kemudian mereka termakan usia, lekang bersama waktu", kata perempuan yang di mejanya terdapat botol bir.m "Setiap pembaca tulisan selalu menemukan kritik di dalam karya tulis untuk dijadikan tulisannya dari sana pelajaran sebuah tulisan ditemukan dan dilanjutkan", lanjut dirinya. Dia menenggak botol bir dengan tangan kanannya kemudian mengeluarkan rokok dan zippo dari tasnya. Kemudian membakar rokoknya yang berfilter cokelat menghembuskan asapnya ke atas dengan panjang. Peracik kopi lalu lalang mengambil peralatannya. Biji kopi berbaris rapi dengan sikap sempurna. Menunggu antrian untuk memasuki mesin penggiling kopi. Botol bir terkurung di penjara es dengan berbaris rapi. Melihat setiap orang dari kaca yang membatasi diri mereka.

Pria berkacamata kotak berkata, "Pelajaran yang dilanjutkan berasal dari pelajaran berharga yang ditemukan melalui alat analisa. Sebuah tulisan menjadi hanya tulisan saat tidak ada praktik apa pun dari tulisan itu. Kritik mengundang kemajuan. Orang yang menolak kritik hanya mendorong kemunduran yang berakhir pada jurang kehancuran. Lampu-lampu setengah redup menjadi saksi obrolan yang hampir diri hari. Mesin kopi terus berdendang memainkan musik yang khas. Kursi kayu dengan setia menahan beban setiap orang diatasnya. Bungkus rokok dekat perempuan mulutnya tertutup dengan rapat. Mendiamkan zippo yang membuka mulutnya untuk berbicara padanya. Tidak lama kemudian bungkus rokok membuka mulutnya untuk dikeluarkan isi tubuhnya. Zippo yang mulutnya terbuka. Membakarnya sebelum dirinya selesai berbicara ia menutupnya  mulutnya. Isi tubuh rokok itu satu persatu menjadi abu. Dan berakhir di dalam asbak yang dirinya ditekan hingga mematikan api di dalam dirinya.

"Perdebatan untuk menguji kekuatan tulisan. Tulisan yang berhasil bisa mematahkan perdebatan. Ada tulisan yang menyatu dengan perdebatan untuk memperkuat dirinya. Di saat yang sama tulisan bisa saling menyanggah dan menjadi karya yang berdebat. Semua ini mempengaruhi  cara berpikir semua orang. Hasil perdebatan yang memiliki kesimpulan. Itu tidak pernah berakhir dan terus lanjut diperdebatkan. Perdebatan tidak pernah berhenti. Ia selalu memperbaiki diri karena manusia belum berhenti berpikir", ujar peracik kopi dengan lengan kemeja yang digulung. Lampu yang redup menjadi kehilangan sinarnya. Mesin kopi beristirahat dari memainkan musiknya. Meja-meja sepi dari penghuni kursi-kursi bisa lepas bebas pekerjaannya. Semua terhenti hening dan tenang. Semua kembali menjadi normal dan harus dianggap normal. Walaupun kenormalan seringkali keluar dari jalurnya menjadi sebuah penyimpangan. Ya, kehidupan memiliki kenormalan sekaligus penyimpangan. Di tempat ini memiliki sunyi di tengah gemuruhnya para pengunjung. "Selamat malam", ucap masing-masing dari mereka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun