Mohon tunggu...
Dahlan Khatami
Dahlan Khatami Mohon Tunggu... Lainnya - blablablabla

Hanya menulis yang terlintas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bertemu dengan Apa yang Selama Ini Diragukan dan Dicari

15 Juni 2022   14:04 Diperbarui: 15 Juni 2022   16:08 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Malam tiba dan bulan terbit dengan wujudnya yang bersinar di tengah langit yang gelap pekat. Udara dingin seperti biasa ketika bertiup ke badan setiap orang. Ponsel di atas meja tergeletak dengan layar yang segelap kamar tidur. Jam dinding menunjukkan pukul 19.00 Jingga berbaring di atas kasur tanpa bantal. Menatap ke atas langit-langit kamar tidur dengan tatapan melamun. 

Bangun dari atas tidurnya dengan menatap ponselnya yang tergeletak sambil dicharge. "Aku ingin menghubungi Nila. Mengajaknya untuk pergi keluar malam ini", ucap dirinya. Membuka ponsel dengan sinarnya menembak ke arah matanya. Cukup mengagetkan mata di ruang yang tanpa cahaya. Mencari kontak Nila untuk mengirimkan pesan singkat padanya. "Aku sedang di Dapur", Nila mengirimkan pesan padanya. "Baik, ku jemput sekarang". Jingga mengenakan celana panjang untuk menepis udara malam yang membekukan kakinya. 

Mengambil kunci motor yang berada di atas meja dan jaket yang tergantung di atas kursi. Tidak lupa memakai sandal yang menjadi alas kaki favoritnya. Kemudian Jingga menjemput Nila di Dapur tempat ia memasak bersama dengan teman-temannya. Di tengah jalan yang penuh sesak kendaraan menjadi satu hal yang dibenci penghuni kota. 

Namun harus dijalani untuk melanjutkan aktivitasnya. Lampu warna-warni mengatur giliran pengguna jalan menjajaki aspal yang kadang kala ada kubangan air ketika hujan. Dan ketika tidak hujan menjadi tantangan yang harus dihindari jika tidak ingin terjatuh atau sekadar terkejut dan tidak seimbang di tengah perjalanan. Namun malam pada waktu itu belum pukul 10 malam jalan-jalan masih disesaki kendaraan. Jingga diam dan bergerak sesuai dengan kondisi jalanan seperti pengendara lainnya.

Lampu merah demi lampu merah dilewatinya dan jalanan yang berjalan setapak demi setapak ia lalui. Menikmati perjalanan dengan udara dingin bercampur hangatnya panas kendaraan. Kemudian berbelok kiri dengan arus jalan yang cukup sepi membuat berkendara begitu riang hati. Tanpa sesaknya kendaraan membuat jalannya lega. Jalan panjang dinikmati tanpa hambatan yang berarti. Udara pun berhembus menyentuh wajahnya mendinginkan badan dan kakinya. Tidak lama kemudian ban motornya menyentuh beceknya aspal. 

Memarkirkan motornya di atas beceknya aspal dan menanggalkan helm di atas spionnya. Menanyakan keberadaan Nila melalui ponselnya untuk menemui dirinya. "Aku sedang duduk", Nila mengabarinya. Jingga hadir dengan sosoknya yang mengenakan kaos oblong, celana pendek dan sandal. 

Gayanya yang sederhana ia pilih untuk memelihara dirinya dari mabuk mewahnya dunia. Dunia penuh keberlimpahan kemewahan barang-barang yang membuat orang-orang terikat padanya. Jingga merasa terpenjara dan kunci untuk membebaskannya adalah kesederhanaan sikap. 

"Macet, ya?", tanya Nila sambil duduk. Nila mengenakan parka hijau lumut, kaos coklat dan celana hitam. Bangku panjang menemaninya selama menunggu Jingga selama menuju dirinya. Duduk cukup lama dengan berharap Jingga cepat datang. Mereka pun bergegas menuju tempat motr Jingga diparkir. Jalan yang menggenangi air mendorong Nila untuk menapaki kakinya ke dalamnya, mereka saling dorong di bawah perhatian bulan. 

Jingga mengendarai motornya sementara Nila duduk di belakangnya. Warna-warna penunjuk jalan memperhatikan mereka namun obrolan dengan Nila menarik perhatiannya. Pameran makanan  sepanjang jalan Jingga menawarkan makanan apa yang tepat untuk saat seperti ini. 

Nila hanya mengembalikan keputusan pada Jingga, "Sepertinya nasi goreng cukup nikmat pada malam ini", Ucap Jingga. Setelah berbelok kiri ia berubah pikiran setelah melihat Restoran yang menjual es krim. Nila mengikuti berubahnya pikiran Jingga. Dan mereka pun berputar balik untuk menuju tempat yg dimaksud. 

Ketika setelah mendorong pintu masuk menyentuh layar. Yang menampilkan menu untuk dipesan oleh pelanggan. "Mana yang kau inginkan?" tanya Jingga yang jarinya menari di atas layar. Ia menolak kedermawanan Jingga dengan membayar es krim dirinya. "Es krim dengan bubuk coklat tidak perlu diaduk", kata Jingga pada penjaga kasir. Mereka pun berdiri untuk menunggu antrian es krimnya. Jingga bersandar pada tembok untuk menghindari pegal yang menghampirinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun