Apartheid merupakan salah satu periode paling kelam dalam sejarah Afrika Selatan. Periode ini meninggalkan dampak mendalam bagi masyarakat di Afrika Selatan.
Sistem apartheid yang dahulu ada di Afrika Selatan bukan hanya sekadar kebijakan segregasi rasialis, melainkan juga mencerminkan ketidakadilan sosial dan ketimpangan ekonomi yang mengakar.
Dalam kajian singkat ini, kami akan menguraikan secara komprehensif tentang pengertian apartheid, bagaimana sistem ini diterapkan, dan perbedaannya dengan kebijakan segregasi sebelumnya, serta alasan dan dampaknya terhadap masyarakat Afrika Selatan secara keseluruhan.
Pengertian Apartheid
Secara etimologis, kata "apartheid" berasal dari bahasa Afrikaans (bahasa turunan yang terpengaruh oleh bahasa Belanda dan berkembang pesat di Afrika Selatan) yang berarti "keterpisahan" atau "pemisahan". Istilah ini merujuk pada ideologi yang disokong oleh pemerintah Partai Nasional (National Party -- NP) yang diperkenalkan di Afrika Selatan pada tahun 1948.
Pada hakikatnya, gagasan apartheid mengusung visi pengembangan secara terpisah bagi kelompok rasial yang berbeda di Afrika Selatan.Â
Secara teori, sistem ini mengklaim mendukung upaya pengembangan yang setara bagi tiap penduduk dan mengusung pula kebebasan berekspresi dan berkebudayaan. Namun, implementasi apartheid di lapangan jauh dari spirit dalam teorinya dan sangat bertolak belakang.
Implementasi Apartheid di Afrika Selatan
Pada praktiknya, apartheid mengodifikasikan norma-norma segregasi rasial ke dalam undang-undang yang memaksa kelompok rasial yang berbeda untuk hidup dan berkembang secara terpisah. Namun, segregasi yang diterapkan nyata-nyata tidak setara.
Pemerintah apartheid menetapkan serangkaian hukum dan peraturan perundang-undangan yang secara sistematis menghambat terjadinya asimilasi, integrasi sosial, dan pernikahan antarras.Â