Mohon tunggu...
Daffa Ardhan
Daffa Ardhan Mohon Tunggu... Freelancer - Cerita, ide dan referensi

Menulis dalam berbagai medium, bercerita dalam setiap kata-kata. Blog: http://daffaardhan.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Penting untuk Merasa Diri Sendiri Tidak Penting

1 September 2020   10:16 Diperbarui: 1 September 2020   10:04 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tentu semua orang ingat dengan video klarifikasi 'alasan kita putus' yang setahun lalu jadi bahan cibiran sejagaot maya. Jujur, saya tidak mengikuti cerita mereka. Jadi saya tidak terlalu mengerti alur dramanya.

Saya cuma tahu drama mereka dari akun jokes yang berseliweran di instagram. Sehingga yang muncul di pikiran saya adalah versi parody-nya saja.

Hal pertama yang terlintas di pikiran saya ketika melihat video klarifikasi tersebut adalah geli. Tapi saya mengerti kenapa ada orang yang baper dengan video itu. Mereka ikut berkomentar serius karena mungkin mengikuti perjalanan asmara mereka saat lagi bucin-bucinnya.

Tapi saya atau beberapa orang yang tidak mengikuti kisah cinta dua sejoli ini, justru merasa heran. Kenapa kabar putus mereka menjadi pembicaraan banyak orang padahal kalau diperhatikan konten yang di buat sangatlah tidak penting.

Untuk apa mengklarifikasi sebuah hubungan ke publik? Memangnya mereka siapa? Bahkan jika ada seorang artis papan atas sekalipun, saya rasa kurang etis jika sengaja mempertontonkan aib hubungannya sendiri. Terkecuali jika merasa diri mereka orang penting. Nah ini masalah utamanya.

Orang-orang yang sering kita lihat di Internet, youtube dan media sosial, dengan jumlah followers atau subscribers yang banyak biasanya merasa diri mereka orang penting. Mereka merasa bahwa dirinya adalah pusat perhatian banyak orang dan semua aspek dalam hidupnya pantas di bagikan ke publik.

Ada sebagian yang di anggap penting, tapi lebih banyak yang terlalu di penting-pentingkan. Saya tahu, mereka yang dikenal banyak orang bisa menjual kehidupan personal-nya sebagai konten untuk menghasilkan pundi-pundi uang. Dan itu sah-sah saja selama tidak ada pihak yang di rugikan.

Tapi bagi saya tidak semua hal harus di umbar-umbar juga. Orang-orang saat ini perlu berpikir dua kali jika ingin memposting sesuatu. Bukan hanya mengurangi potensi salah posting yang bisa jadi berujung konflik dan tejerat UU ITE, tapi potensi membuat orang lain terganggu juga harusnya di pikirkan.

Jika di dunia nyata kita punya rasa malu pada hal-hal yang private, maka seharusnya juga belajar untuk punya rasa malu yang sama ketika bermain media sosial. Kesadaran dari rasa malu itu pada prinsipnya adalah belajar untuk merasa diri tidak penting.

Bahkan ketika followers kita berjuta-juta sekalipun, penting bagi kita untuk merasa diri sendiri tidak penting. Kenapa? Karena itu bisa mendidik seseorang untuk tidak tinggi hati dan lebih waras dalam bermedia sosial. Sebab media sosial seperti yang banyak orang tahu sudah jadi sumber masalah psikologis.

Kita curhat ke media sosial kalau kita punya banyak masalah. Kita cerita dengan gamblang tanpa malu mengubar privasi. Kita merasa followers harus tahu kejadian apa yang menimpa kita selama 24 jam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun