Mohon tunggu...
Daffa Ardhan
Daffa Ardhan Mohon Tunggu... Freelancer - Cerita, ide dan referensi

Menulis dalam berbagai medium, bercerita dalam setiap kata-kata. Blog: http://daffaardhan.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ukuran Kebahagiaan yang Salah

16 Mei 2020   12:55 Diperbarui: 16 Mei 2020   12:55 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: health.kompas.com

Orang-orang yang saat ini terlihat sangat bahagia karena sukses secara karir maupun finansial, saya yakin mereka telah melewati berbagai macam pahit-manisnya kehidupan. Ketika melihat orang sukses (sukses dalam hal apapun itu) saya berusaha untuk tidak melihat kesuksesannya hanya dalam satu sisi.

Saya tidak melihat dari hasil yang sudah mereka capai. Tetapi, saya lebih suka melihat dari sudut pandang berbeda. Dalam pikiran saya, orang-orang sukses pasti punya momen terberat yang tidak semua orang mampu melewatinya.

Itulah kenapa ketika saya kagum dengan seseorang, saya suka mengulik tentang latar belakangnya. Saya yakin dari situ saya akan mendapatkan pelajaran yang berharga. Siapa tahu ada sisi inspiratif yang bisa memotivasi saya menjadi manusia yang lebih baik.

Saya suka dengan kata-kata Sivia Azizah yang mengatakan tubuhnya seperti punya tombol on/off. Ketika berada diluar rumah, dia menekan tombol off agar dia bisa lupa semua masalahnya.

Namun setelah pulang ke rumah, secara otomatis tombol off-nya berubah ke posisi on sehingga dia bisa mengingat kembali semua masalah.

Tombol on/off itu sebuah ilustrasi yang menarik. Sivia seperti orang yang bisa menempatkan antara masalah pekerjaan, kuliah dan masalah yang ada di rumah.

Dia bisa bersikap profesional dengan tidak membawa masalah dari satu tempat ke tempat lain. Namun tentu saja Sivia merasa seperti punya dua wajah yang berbeda antara dirinya di publik dengan dirinya di tempat yang private.

Dari cerita Sivia, sepertinya saya cukup relate. Ada banyak hal yang tidak bisa diceritakan dalam hidup. Tentang struggle-nya saya, tentang jatuh bangunnya saya, tentang masalah-masalah yang memang sebaiknya di simpan saja dan tidak jadi konsumsi banyak orang.

Saya lebih suka menceritakan intisarinya lalu diabadikan dalam bentuk tulisan seperti ini. Bagi saya itu lebih berharga dan bisa diterima dibandingkan mengumbar cerita yang nantinya malah menjadi aib sendiri.

Namun, sebagai orang yang suka sekali dengan menulis, saya bersyukur karena bisa menumpahkan semua uneg-uneg, kegelisahan, keresahan saya dalam berbagai macam karya. Ketika saya senang atau merasa buruk, saya menyalurkan semuanya dalam bentuk tulisan.

Dengan menulis, harapan saya tentu saja akan ada orang yang merasakan feel yang sama dan itu memberikan sesuatu yang positif kepada pembaca. Minimal perasaan buruk itu bisa sedikit terobati dan mengembalikan mood seseorang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun